Bagikan:

JAMBI - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi melepasliarkan puluhan satwa terdiri atas unggas dan primata ke alamnya di Taman Nasional Berkak Sembilang (TNBS) yang berada di wilayah Kabupaten Tanjungjabung Timur.

Kepala BKSDA Jambi, Donal Hutasoit mengatakan kegiatan pelepasliaran satwa unggas dan primata dilakukan sekaligus dalam rangka peringatan World Wetland Day (Hari Lahan Basah Sedunia).

Secara nasional peringatan Hari Lahan Basah Sedunia dilaksanakan pada 23 Februari 2023 di Taman Nasional Berbak dan Sembilang (TNBS) yang merupakan situs Ramsar di Indonesia.

Kegiatan permanen lahan basah selain pelepasliaran satwa juga diisi dengan pelekatan pohon di kawasan Taman Nasional Berbak dan ditutup dengan talk show tentang lahan basah.

BKSDA Jambi melepasliarkan hasil penyelamatan satwa di Provinsi Jambi berupa 20 (dua puluh) ekor burung jalak kerbau (acridotheres javanicus) yang berasal dari penyerahan masyarakat pada tanggal 21 Januari 2023, satu ekor owa ungko (hylobates agilis) berasal dari penyerahan masyarakat pada 12 Januari 2023 .

Satu ekor siamang (symphalangus syndactylus), dan satu ekor simpai (presbytis melalophos) berasal dari translokasi PPS Tegal Alur Balai KSDA DKI Jakarta ke Tempat Penyelamatan Satwa (TPS) Balai KSDA Jambi pada 11 November 2022, serta satu ekor kukang (nycticebus coucang) berasal dari penyerahan masyarakat pada 23 Januari 2023.

Pelepasliaran dipimpin oleh Direktur Pengelolaan dan Pemulihan Ekosistem didampingi Kepala Balai KSDA Jambi beserta para pejabat yang hadir.Pelepasliaran dipimpin oleh Direktur Pengelolaan dan Pemulihan Ekosistem didampingi Kepala Balai KSDA Jambi beserta para pejabat yang hadir.

Satwa-satwa yang dilepasliarkan merupakan jenis satwa-satwa yang habitatnya ada di Taman Nasional Berbak Sembilang dan sebelumnya telah melalui proses rehabilitasi dan perawatan intensif serta secara medis telah dinyatakan sehat oleh drh Zulmanudin.

Setelah dilepasliarkan, akan dilakukan pemantauan sampai kondisinya betul-betul telah mampu beradaptasi dengan habitat barunya.

Direktur BPPE Dr Ir Ammy Nurwati menyatakan bahwa pelepasliaran satwa di taman nasional berbak merupakan suatu upaya menjaga keseimbangan ekosistem,khususnya pada lahan lahan basah di kawasan konservasi.

Dengan ekosistem yang seimbang dan stabil akan mampu memberikan fungsi yang optimal baik fungsi ekologis,maupun fungsi sosial dan ekonomi yang bermanfaat bagi masyarakat.

Sedangkan Kepala BKSDA Jambi Donal Hutasoit, mengimbau kepada masyarakat agar tidak berburu dan memelihara satwa pembohong yang dilindungi dan melaporkannya ke Balai KSDA Jambi apabila mengetahui kegiatan ilegal tersebut.

Selanjutnya juga mengharapkan satwa-satwa yang dilepasliarkan mampu bertahan hidup dan berkembang biak di habitat alaminya.