JAKARTA - Kementerian Kesehatan melaporkan seorang pasien berstatus suspek Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) di Jakarta mengalami gejala spesifik tak berkemih sebelum dilanda demam.
"Gejalanya sulit berkemih (membuang air seni, red.). Dimulai sebelum demam, batuk, pilek," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi dilansir ANTARA, Senin, 6 Februari.
Dia mengatakan gejala sulit buang air seni yang dikenal dengan istilah medis sebagai Anuria itu semakin memburuk setelah pasien meminum sirop obat mengandung parasentamol. Tapi, tidak disebutkan merek obat tersebut.
Kronologi pasien suspek dialami seorang anak berusia 7 tahun. Ia mengalami demam pada 26 Januari 2023 kemudian mengonsumsi obat penurun panas sirop yang dibeli secara mandiri.
Selama empat hari berselang, pasien mendapatkan pengobatan penurun demam tablet dari puskesmas. Pada 1 Februari 2023 pasien berobat ke klinik dan diberikan obat racikan.
Keesokan harinya pasien dirawat di RSUD Kembangan kemudian dirujuk dan saat ini masih menjalani perawatan intensif di RSCM Jakarta.
Nadia mengimbau masyarakat untuk tidak membeli obat sendiri terlebih dahulu di apotek selama proses investigasi kejadian itu rampung.
Proses investigasi kasus itu dilakukan untuk mengungkap keterkaitan kejadian yang menimpa pasien dengan dugaan cemaran senyawa kimia Etilen Glikol/Dietilen Glikol (EG/DEG) yang melampaui batas aman.
Ambang batas aman cemaran EG/DEG pada bahan baku pelarut sirop obat Propilen Glikol ditetapkan kurang dari 0,1 persen, sedangkan ambang batas aman atau Tolerable Daily Intake (TDI) untuk cemaran EG dan DEG pada sirup obat tidak melebihi 0,5 mg/kg berat badan per hari.
BACA JUGA:
Jika bahan baku tersebut melampaui ketentuan ambang batas aman, maka berisiko memicu kerusakan ginjal hingga berakibat kematian.
Menurut dia, investigasi diperlukan untuk mengantisipasi adanya penambahan kasus GGAPA akibat keracunan obat yang terjadi di Indonesia.
Dilaporkan sebelumnya, dua warga DKI Jakarta berusia 1 dan 7 tahun dilaporkan mengalami GGAPA. Satu kasus konfirmasi meninggal dunia dan satu lainnya berstatus suspek dan sedang menjalani perawatan intensif.
Dengan dilaporkan tambahan kasus baru GGAPA, hingga 5 Februari 2023 tercatat 326 kasus GGAPA dan satu suspek yang tersebar di 27 provinsi di Indonesia.
Dari jumlah tersebut, 116 kasus dinyatakan sembuh, sedangkan enam kasus masih menjalani perawatan di RSCM Jakarta.