Jakarta Catat 24 Kasus COVID-19 Varian Omicron
Ilustrasi-Unsplash

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama mengungkapkan bahwa saat ini telah ada 24 kasus COVID-19 BN.1 di Jakarta. BN.1 merupakan turunan dari varian Omicron.

Ngabila mengungkapkan, mayoritas kasus BN.1 mengalami gejala ringan. Hampir semua penularan kasus berasal dari transmisi lokal dan satu kasus pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).

"Dari 24 pasien BN.1 domisili Jakarta. Sebanyak 30 persen tanpa gejala, 70 persen gejala ringan. Hanya satu yang PPLN, lainnya transmisi lokal," kata Ngabila dalam pesan singkat, Jumat, 9 Desember.

Ngabila menguraikan, semua kasus BN.1 melakukan perawatan di rumah dengan isolasi mandiri.

Lebih lanjut, Ngabila menuturkan kasus BN.1 pertama kali dideteksi di Jakarta sejak tanggal 10 Oktober 2022.

"Seminggu terakhir proporsinya 5 persen dari total varian yang ditemukan di Jakarta dari hasil genome sequencing," ungkap Ngabila.

Sejauh ini, perkembangan kasus COVID-19 di Jakarta dan angka kematian mengalami penurunan selama dua minggu terakhir.

"Tren kasus positif sudah menurun 2 minggu terakhir. Tren kematian, penggunaan tempat tidur di rumah sakit menurun seminggu terakhir. Kondisi terkendali," tutur dia.

Kementerian Kesehatan melaporkan subvarian Omicron BN.1 pertama kali dideteksi di Kepulauan Riau pada 16 September. Kasus BN.1 di Indonesia hingga saat ini dilaporkan dari DKI Jakarta, Jawa Tengah, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan.

"Kami menemukan satu varian yang berbeda dengan yang lain. Ini yang lagi kami monitor, apakah ini akan menjadi penyebab peningkatan kasus atau tidak di Indonesia," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi.

Menurut Nadia, BN.1 merupakan sublineage dari BA.2.75 yang merupakan turunan dari varian Omicron. Di dunia, pertama dilaporkan pada akhir Juli 2022 dari India.

Saat ini, kasus BN.1 dilaporkan di Amerika Serikat, Inggris, Austria, Australia, dan India.

"Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat sedang memonitor varian ini, karena terdapat peningkatan kasus dengan varian BN.1 selama 1 bulan terakhir," katanya.

Proporsi kasus secara global pada sepekan terakhir adalah sebesar 5,1 persen, meningkat dari 4,4 persen dari pekan sebelumnya.