Bagikan:

CIANJUR - Kementerian Kesehatan melaporkan sebanyak lima korban bencana gempa bumi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, di tenda pengungsian mengalami gangguan jiwa.

"Ada skrining untuk melihat apakah korban mendapat gangguan jiwa atau tidak. Hasilnya, sebanyak lima orang sudah kami temukan mengalami gangguan jiwa," kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes Sumarjaya dilansir ANTARA, Selasa, 29 November.

Skrining psikologi dilakukan petugas dari Direktorat Kesehatan Jiwa Kemenkes kepada sejumlah korban di tenda pengungsian.

"Pekan ini kami dampingi untuk kesehatan jiwanya melalui dukungan Program Kesehatan Jiwa Psikososial," katanya.

Sumarjaya mengatakan, lima korban yang mengalami gangguan jiwa telah diantar oleh petugas kesehatan menuju yayasan panti sosial di Cianjur untuk dititipkan.

"Yang gangguan jiwa sudah kami tangani dan sudah kami titipkan di yayasan," ujarnya.

Menurut Sumarjaya, hasil skrining terhadap pengungsi korban gempa, umumnya menunjukan gangguan psikologi ringan berupa trauma.

Umumnya, gejala tersebut diperlihatkan dengan ketakutan korban untuk kembali ke rumah tinggal masing-masing.

"Umumnya mereka memilih tetap tinggal di tenda atau di luar ruangan karena masih trauma dengan gempa susulan," katanya.

Bahkan sejumlah korban yang menjalani perawatan di rumah sakit di wilayah Cianjur, memilih untuk menjalani penanganan penyakit di luar gedung.

"Kami sempat memberi mereka pemahaman, bahwa perawatan di dalam gedung rumah sakit sudah berdasarkan hasil penelusuran dari tim ahli Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) untuk memastikan bahwa struktur bangunan aman," katanya.

Tapi beberapa kali kejadian gempa susulan, membuat korban yang mengalami trauma tetap memilih bertahan dirawat di pelataran rumah sakit pada tempat terbuka.

Hingga hari kesembilan setelah kejadian atau Selasa ini, tercatat 703 orang korban luka gempa Cianjur, 73.693 orang pengungsi, 326 orang meninggal dunia, dan enam orang dalam pencarian.