Pengurangan Sampah Plastik di Laut Baru Capai 28,5 Persen
Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Rofi Alhanif/FOTO: Dafi-VOI

Bagikan:

BADUNG - Pengurangan sampah plastik di laut baru mencapai 28,5 persen per 2018-2021. Targetnya pengurangan sampah plastik di laut mencapai 70 persen tahun 2025.

Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Rofi Alhanif mengatakan data ini berdasarkan riset LIPI. Data menyebut sampah plastik yang masuk ke laut berkisar 0,27-0,59 ton per tahun.

"Di tahun 2021 kemarin, karena biasa setiap akhir tahun kami hitung, prestasi kita itu sudah bisa mengurangi sekitar 28,5 persen sampah yang masuk ke laut dibandingkan dengan data base tahun 2018," kata Rofi saat konferensi pers, di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Rabu, 2 November.

Hasil ini disebut cukup baik meski jauh dari target 70 persen. Target ini diyakini tercapai pada 2025.

"Jadi progresnya sudah ada, bahkan ada penelitian di tahun 2021 kemarin bahwa Indonesia bukan juara dua lagi tapi juara lima penyumbang (sampah plastik). Jadi, artinya sudah ada progres yang dilakukan Indonesia dalam pengurangan sampah laut ini," ujarnya.

Polusi sampah plastik memang menjadi ancaman bagi laut dunia. Isu sampah plastik laut bersifat lintas negara atau trans boundary sehingga harus ditangani bersama.

Polusi akibat sampah plastik di laut mulai dirasakan dampaknya terhadap kesehatan ekosistem dan lingkungan, pariwisata, perikanan, dan kesehatan manusia dan ilmuwan memprediksi bahwa tahun 2050 akan lebih banyak sampah plastik di lautan dibanding ikan, apabila  tidak melakukan langkah konkret untuk menangani sampah laut.

Kebocoran sampah laut dari darat dikarenakan tak optimalnya penanganan sampah di kota/kabupaten.

"Tapi memang yang besar 80 persen lebih sampah itu ada di darat yang tidak dikelola, masuk ke sungai dan akhirnya masuk ke laut itu lebih dari 80 persen. Sisanya, adalah aktivitas dari laut dari perkapalan, nelayan, atau aktivitas pariwisata di pesisir dan seterusnya, itu menyumbang kurang lebih 20 persen sampah plastik di laut," sebutnya.

Karenanya, penanganan sampah harus terintegrasi dari hulu ke hilir dengan pendekatan ekonomi sirkular sebagai mitigasi kebocoran ke laut dan pengelolaan, sampah dimulai dengan pengurangan di sektor hulu, pemilahan, pengangkutan, dan pengolahan menjadi berbagai produk pendukung industri dan sumber energi baru.

"Kita harus fokus untuk melakukan pengelolaan sampah di lokasi-lokasi prioritas melalui pembangunan infrastruktur dan teknologi yang tepat," ujarnya.