Pantau Penegakan Hukum Tragedi Kanjuruhan, Puan Maharani: PSSI Harus Ubah Wajah Sepak Bola Indonesia
DOK ANTARA

Bagikan:

JAKARTA - Ketua DPR Puan Maharani terus memantau penegakan hukum atas tragedi kemanusiaan di Stadion Kanjuruhan, Malang, yang menewaskan 135 orang. Dia menegaskan, hilangnya ratusan nyawa pada peristiwa 1 Oktober lalu itu jangan sampai tidak dipertanggungjawabkan. 

“Penegakan hukum tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, harus dilakukan seadil-adilnya. Jangan sampai hilangnya nyawa seratusan lebih orang tidak dipertanggungjawabkan,” ujar Puan dalam keterangan tertulis, Rabu, 2 November.

Puan mendukung adanya perbaikan sistem persepakbolaan nasional. Puan berharap Kongres Luar Biasa (KLB) Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang akan digelar Maret 2023 akan membawa sistem persepakbolaan Indonesia menjadi lebih baik.

“Lakukan pengelolaan dan upaya transformasi sepak bola Indonesia secara menyeluruh. Jadikan KLB PSSI untuk transformasi sepak bola Indonesia,” tegasnya.

PSSI memutuskan akan mempercepat KLB sebagai bagian dari revolusi sepak bola di Indonesia. KLB PSSI menjadi syarat dari Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) buntut tragedi Kanjuruhan yang berimbas pada terhentinya kompetisi. Dalam KLB itu, akan dipilih Ketua Umum dan jajaran pengurus PSSI yang baru.=

Menurut Puan, transformasi tata kelola sepak bola Indonesia memang diperlukan demi kemajuan persepakbolaan nasional. Dia berharap, KLB PSSI dilakukan sesuai mekanisme dan melahirkan kepemimpinan yang dapat membenahi persepakbolaan Tanah Air.

“Kepemimpinan PSSI harus mampu membawa perubahan wajah persepakbolaan Indonesia,” kata Puan. 

Kendati demikian, Puan mengatakan, DPR dan Pemerintah tidak bisa mengintervensi soal calon Ketua Umum PSSI yang akan dipilih dalam KLB nanti. Namun dia berharap, ada kerendahatian dan kelegawaan bagi yang merasa tidak mampu mengemban tugas secara optimal.

“Kami berharap, siapapun pemimpin PSSI yang baru kelak akan bisa memperbaiki tata kelola persepakbolaan nasional sehingga dunia sepak bola Indonesia dapat menunjukkan prestasi di mata dunia,” kata Puan.

Selain itu, tambah Puan, perbaikan dalam pengelolaan kompetisi sepak bola Indonesia perlu dilakukan mengingat cukup banyak preseden buruk dari turnamen sepak bola nasional selama ini. Puan meminta pertandingan sepak bola dilakukan secara jujur dan terbuka. 

“Dalam olahraga, sportivitas harus selalu dijunjung tinggi. Semangat ini yang harus selalu dibawa dalam setiap kompetisi olahraga, termasuk turnamen-turnamen sepak bola,” imbau Puan.

Puan juga mendorong adanya pembenahan tata cara penyelenggaraan pertandingan sepak bola di Indonesia. Khususnya, dalam hal keselamatan dan kenyamanan bagi penonton.

“Pertandingan sepak bola ini kan tidak hanya bisa disaksikan oleh kaum laki-laki semata. Maka penyelenggaraan sepak bola harus juga ramah bagi kelompok perempuan, anak-anak, dan juga teman-teman difabel,” jelas Puan.

Karenanya, Ketua DPP PDIP itu menyarankan agar penyelenggara menyiapkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk setiap kategori penonton pertandingan sepak bola. Hal ini, kata Puan, juga sejalan dengan UU No 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan dan Rancangan Undang-undang Kesejahteraan Ibu dan Anak (RUU KIA) yang sedang diperjuangkan oleh DPR.

“Seperti loket pembelian tiket khusus untuk perempuan, dan fasilitas penunjang bagi kelompok difabel di stadion maupun arena pertandingan,” paparnya. 

Puan menjelaskan, dalam RUU KIA juga diatur agar setiap sarana umum menyiapkan tempat penitipan anak dan juga ruang menyusui. Ia pun mempunyai mimpi, dunia persepakbolaan nasional bisa membuat ibu hamil dan ibu menyusui juga dapat menyaksikan jalannya pertandingan dengan nyaman.

“Jika disiapkan ruangan khusus, ibu-ibu pecinta sepak bola bisa mendukung Timnas maupun klub idolanya sambil, misalnya, menyusui maupun pumping,” kata Puan.

Puan menilai, sepak bola yang nyaman untuk anak dan perempuan juga berpengaruh dalam penjaringan bibit unggul atlet sepak bola nasional. Sebab bagaimana pun, kata dia, dukungan dari ibu punya peranan penting terhadap masa depan anak yang memiliki keunggulan di bidang sepak bola.

“Bayangkan berapa banyak ibu yang saat ini ketakutan mengirimkan anaknya untuk berlatih sepak bola karena adanya tragedi Kanjuruhan padahal anak-anak mereka adalah bibit-bibit unggul calon atlet sepak bola yang dapat mengharumkan nama bangsa,” kata Puan.

“Momok-momok seperti ini lah yang harus kita hapuskan. Benahi, benahi, dan benahi tata kelola dunia sepak bola nasional demi prestasi gemilang persepakbolaan Indonesia,” sambungnya.