JAKARTA - Wabah virus corona di China turut memberi kekhawatiran kepada Jepang. Negara asal buga sakura tersebut menyatakan hal tersebut melalui Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura yang memperingatkan wabah tersebut akan berdampak pada penurunan keuntungan perusahaan serta produk pabrik di Jepang.
"Ada kekhawatiran mengenai dampak terhadap ekonomi global dari penyebaran infeksi di China, gangguan transportasi, pembatalan tur secara berkelompok dari China ketika masa perpanjangan liburan hari raya imlek,” kata Nishimura, dikutip dari Reuters, Selasa 28 Januari.
Jika situasi membutuhkan waktu lebih lama untuk mereda, lanjut dia, pihaknya khawatir hal itu dapat merusak ekspor, output, dan keuntungan perusahaan Jepang melalui dampak pada konsumsi dan produksi China.
China adalah tujuan ekspor terbesar kedua Jepang. Selain produsen mobil, pengecer juga menjadi sangat tergantung pada negara ini di tengah pertumbuhan ekonomi Jepang yang lambat dan kondisi demografi yang menyusut.
Wabah ini dapat menghantam bisnis department store, pengecer dan hotel di Jepang, yang mengandalkan peningkatan penjualan dari kunjungan wisatawan Tiongkok selama musim liburan imlek.
BACA JUGA:
Misalnya saja, perusahaan Honda Motor memiliki tiga pabrik di Wuhan, ibukota provinsi Hubei dan pusat penyebaran, sehingga Jepang berencana untuk mengevakuasi beberapa karyawan. Selain itu, Fast Retailing yang mengoperasikan rantai pasok pakaian Uniqlo, untuk saat ini memilih menutup sementara sekitar 100 toko di sekitar Hubei.
Meski demikian, perusahaan ritel Aeon tetap menjaga lima supermarket di Wuhan agar beroperasi sebagaimana permintaan pemerintah setempat meskipun beberapa toko mal lain tutup.
Sebuah survei menyatakan, orang China merupakan 30 persen dari semua wisatawan yang mengunjungi Jepang dan hampir 40 persen dari total jumlah yang dihabiskan wisatawan asing tahun lalu.
"Kami khawatir penjualan dan jumlah pembeli bisa turun jika wabah terus berlanjut," kata seorang pejabat hubungan masyarakat di Isetan Mitsukoshi Holdings yang merupakan operator utama department store Jepang.
“Ini bukan hanya tentang turis Tiongkok. Kami juga khawatir terhadap wabah itu akan membuat pembeli Jepang tidak mau keluar dari rumah,” tambahnya.
Ekonom di SMBC Nikko Securities memperkirakan jika pelarangan tur wisata China ke luar negeri berlangsung enam bulan lagi, bisa melukai pertumbuhan ekonomi Jepang sebesar 0,05 persen.
Beberapa pihak bahkan memperkirakan dampak ekonomi bisa lebih buruk. Hideo Kumano, kepala ekonom di Dai-ichi Life Research Institute mengatakan penurunan wisatawan dari Tiongkok dapat merusak pertumbuhan PDB Jepang hingga 0,2 persen.
"Kekhawatiran terbesar adalah risiko dampak negatif dari wabah itu berlanjut dan melanda (ekonomi) selama Olimpiade Tokyo," katanya.
Ketika sejumlah besar wisatawan Tiongkok diperkirakan akan mengunjungi Jepang pada Olimpiade 2020 di bulan Juli dan Agustus. "Jika jumlah pengunjung berkurang daripada meningkat, dampak ke industri konsumsi Jepang akan cukup besar,” pungkasnya.