Bagikan:

SURABAYA - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa optimistis provinsi yang dipimpinnya dapat diandalkan sebagai lumbung pangan nasional.

Menurutnya ketahanan pangan Jatim hingga saat ini dalam posisi sangat baik. Selain itu ketersediaan bahan pangan Jatim dalam kondisi surplus dan menjadi tulang punggung nasional, utamanya untuk wilayah Indonesia bagian timur.

"Insyaalah Jatim tetap bisa menjadi lumbung pangan nasional," kata Khofifah dilansir ANTARA, Kamis, 20 Oktober.

Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 dan 2021, Jatim menjadi provinsi penghasil padi tertinggi nasional. Produksi padi Jatim di tahun 2021 mencapai 9,94 juta ton gabah kering giling (GKG).

"Mudah-mudahan di tahun 2022 ini produksi padi di Jatim masih tertinggi nasional.Terima kasih kami sampaikan pada petani dan peternak atas kerja kerasnya sehingga hasil produksi pangan kita sangat signifikan," ujarnya.

Gubernur Khofifah menandaskan produksi daging sapi di Jatim tertinggi se-Indonesia. Populasi sapi saat ini mencapai 5,1 juta ekor . Selain itu produksi ikan tuna di Jatim juga tercatat sebagai tertinggi nasional.

"Betapa penting menjaga ketahanan pangan. Bahkan menurut saya kita sudah waktunya masuk ke kedaulatan pangan. Maka menjaga produktivitas pangan harus maksimal kita upayakan," kata dia.

Gubernur Khofifah terus mendorong sektor pertanian untuk semakin meningkatkan performa dan produktivitas di wilayah masing-masing.

Menurut dia, hasil panen petani Jatim masih bisa dimaksimalkan bahkan dengan kualitas padi premium jika memiliki alat mesin pertanian (alsintan) canggih.

Karena itu, Gubernur Khofifah memberikan solusi khusus dengan pemberian "grace periode" kredit usaha rakyat (KUR) yang dikhususkan untuk pengadaan alsintan petani.

"Kalau ada sektor yang bisa mendapat KUR dengan 'Grace Period' selama empat tahun, sektor pangan terutama padi juga diharapkan bisa mendapatkan kesempatan yang sama," ujar dia.

Khofifah menjelaskan, KUR yang dimaksud kali ini adalah untuk keperluan pemenuhan alsintan yang harganya cukup mahal bagi gabungan kelompok tani (gapoktan) secara umum.

"Maka jika KUR-nya mendapat 'grace period' akan sangat meringankan para petani dalam menyelesaikan cicilan untuk memenuhi kebutuhan alat-alat pertanian yang lebih canggih demi meningkatkan kualitas dan produktivitas hasil panen," kata dia.