Masih Transisi dari Kemarau, BMKG Perkirakan Hujan di Sumsel Mulai November-Desember
Seorang warga menggunakan payung menerobos lebatnya hujan di kawasan Kotabaru, Yogyakarta. (ANTARA-Noveradika)

Bagikan:

SUMSEL - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan transisi musim kemarau ke musim hujan di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) berlangsung sejak pekan kedua September hingga Oktober.

Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Sumsel Wayandatoli mengatakan, selama periode tersebut terjadi transisi dari sebelumnya cuaca kering menjadi hujan dengan intensitas sedang-lebat.

"Transisi berlangsung hingga Oktober, puncak musim hujan diprakirakan berlangsung November-Desember atau hingga triwulan pertama tahun depan,” kata Wayandatolis usai audiensi dengan jajaran Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Provinsi Sumsel di Palembang, dikutip dari Antara, Jumat 23 September.

Pihaknya mengimbau semua instansi terkait di setiap kabupaten/kota untuk turut meningkatkan upaya mitigasi kebencanaan selama masa transisi hingga puncak musim hujan.

Upaya mitigasi yang dapat dilakukan mulai dari sosialisasi kepada masyarakat terkait kebencanaan di antaranya banjir, tanah longsor, angin puting beliung yang sewaktu-waktu bisa terjadi.

Termasuk, kata dia, memastikan kesiapsiagaan petugas beserta peralatan penunjang pada tiga sektor yakni transportasi, pertanian dan kesehatan masyarakat.

“Semua daerah berpotensi mengalami dampak musim hujan ini,” imbuhnya.

Adapun berdasarkan pantauan Stasiun Klimatologi BMKG Sumsel, diketahui per Jumat 23 September 2022, beberapa daerah berpotensi diguyur hujan sedang hingga lebat (ketebalan 100-150 mm) dan disertai kilat, yakni meliputi Pagaralam, Empat Lawang, Lubuk Linggau, OKU Selatan, OKI, Banyuasin, OKU Timur, OKU, Ogan Ilir, Musi Rawas dan Musi Rawas Utara.

Kendati demikian, pihaknya juga memprakirakan kebakaran hutan dan lahan masih berpotensi terjadi hingga Oktober, yakni di antaranya pada titik rawan Kabupaten Ogan Ilir, OKI, Musi Banyuasin dan Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI).

“Potensi karhutla itu masih ada, salah satunya, disebabkan masih aktifnya fenomena La Nina,” tuturnya.

Pihaknya terus menyampaikan perkembangan cuaca setiap hari kepada masyarakat melalui kanal digital BMKG sehingga semua potensi kebencanaan bisa diantisipasi sejak dini.