Bagikan:

JAKARTA - Direktur Sekolah Kajian Stratejik Global (SKSG) Universitas Indonesia, Athor Subroto menilai BLT merupakan solusi untuk mengatasi dampak dari penyesuaian harga BBM.

Dia mengatakan BLT dapat menjaga daya beli masyarakat.

"Paling tidak, masyarakat jadi tidak kehilangan daya beli," ujar Athor, Sabtu 17 September.

Athor Subroto juga mengatakan pengalihan subsidi BBM yang dilakukan pemerintah merupakan langkah baik dan lebih tepat sasaran. Jika dibiarkan, subsidi akan terus dinikmati oleh masyarakat mampu.

Dia melihat distribusi subsidi selama ini masih belum tepat sasaran karena subsidi dalam bentuk barang bisa diperoleh oleh semua kalangan masyarakat. Sebagai makhluk ekonomi, setiap orang berusaha untuk memaksimalkan utilitas.

"Dari situ orang-orang kalangan mampu akan terus mengambil jatah subsidi dan memiliki daya serap lebih besar dibandingkan masyarakat kalangan rentan dan bawah," ujar Athor Subroto.

Jika harga BBM naik pasti akan memiliki dampak domino terhadap sektor lain. Dampak dari inflasi ini harus ditangani dari berbagai sisi, termasuk salah satunya saat ini pemerintah memberikan BLT.

"Ini akan menjadi penyeimbang, di saat akan inflasi maka akan ada bantuan dari pemerintah," ujar Athor.

Sebelumnya, Pemerintah telah menyalurkan Bantuan Langsung Tunai BBM ke 12,7 juta keluarga penerima manfaat atau KPM.

Menteri Sosial Tri Rismaharini mengatakan penerima tersebar di sekitar 482 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia.

"Sudah salurkan BLT BBM di 482 kabupaten kota, dengan jumlah 12.701.985 KPM," ungkap Risma.

Risma menyampaikan PT Pos diharapkan sudah bisa membayarkan BLT BBM minimal 90 persen dari target penerima, yaitu sebesar 18.585.000 KPM.

Lebih lanjut, Risma menargetkan 100 persen bantuan diterima penerima manfaat di akhir bulan ini. Dia berkata pihaknya sudah memberikan semua data penerima BLT BBM kepada PT Pos.