YOGYAKARTA - Indonesia memiliki sejarah panjang mengenai kerajaan-kerajaan di nusantara. Pada masa kerajaan-kerajaan di nusantara berdiri dengan jaya, banyak sekali peradaban yang dikembangkan, baik dari pembangunan maupun literasinya. Salah satu bukti peninggalannya adalah kitab jawa tertua.
Ada berberapa kitab Jawa kuno yang sudah dilestarikan dan masih dikaji sampai sekarang. Kitab kuno tersebut merupakan karya sastra hebat peninggalan kerajaan-kerajaan kuno di Pulau Jawa, seperti Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Kahuripan.
Ditemukannya kitab jawa tertua menjadi bahwa budaya literasi pada masa itu menjadi sesuatu yang penting. Bukti ini sekaligus menunjukkan kerajaan zaman dulu memiliki peradaban yang maju. Selain itu, kitab-kitab ini juga telah mengungkapkan sejarah dan misteri mengenai kisah kerajaan di Jawa pada zaman dahulu.
Lalu apa saja sih kitab jawa tertua yang banyak diteliti?
Kitab Jawa Tertua Arjunawiwaha
Syair atau puisi berbahasa jawa kuno yang pertama berasa dari Jawa Timur adalah Kitab atau Kakawin Arjunawiwaha. Karya sastra ini ditulis oleh Mpu Kanwa yang hidup di masa Kerajaan Kahuripan di bawah pemerintahan Prabu Airlangga. Kerajaan ini memimpin wilayah Jawa Timur selama periode 1019 sampai dengan 1042 Masehi.
Syair atau kakawin ini diperkirakan digubah sekitar tahun 1030. Kiab Arjunawiwaha menceritakan kisah laku pertapaan Arjuna di gunung Mahameru. Saat bertapa, ia diuji oleh para Dewa. Dewa mengirim tujuh bidadari untuk menggodanya. Nama bidadari yang terkenal adalah Dewi Supraba dan Tilottama.
Namun Arjuna tak tergoda dengan para bidadari kiriman dewa. Batara Indra pun turun sendiri ke bumi untuk menjadi seorang brahmana tua. Mereka menjelaskan tentang agama dan Indra menyatakan jati dirinya dan pergi.
Setelah itu ada seekor babi yang datang mengamuk dan Arjuna memanahnya. Namun di saat itu juga ada seorang pemburu tua yang datang dan juga memanahnya. Pemburu tua itu ternyata adalah batara Siwa. Arjuna diberi misi untuk membunuh seorang raksasa menganggu kahyangan yang bernama Niwatakawaca. Arjuna berhasil melakukannya dan diberi anugerah boleh mengawini tujuh bidadari.
Kitab Pararaton
Kitab jawa tertua kedua adalah Kitab Paraparton. Kitab atau serat ini adalah sebuah kitab naskah Sastra Jawa yang digubah dalam bahasa Jawa Kawi. Pengarang kitab ini sendiri bersifat anonim atau tidak ada catatan yang menunjukkan siapa penulisnya.
Kitab Pararaton jjuga dikenal dengan nama “Pustaka Raja,” dalam bahasa Sanskerta artinya “kitab raja-raja.” Kitab Pararaton berisi naskah singkat sebanyak 32 halaman, seukuran folio yang terdiri dari 1126 baris. Serat ini menceritakan sejarah raja-raja Singhasari dan Majapahit di Jawa Timur.
Kisah dalam Kitab Pararaton dibuka dengan cerita mengenai inkarnasi Ken Arok, yaitu para pendiri kerajaan Singhasari (1222-1292). Selanjutnya isi seratnya menceritakan perjalanan hidup Ken Arok sampai ia menjadi raja pada tahun 1222.
Penggambaran cerita pada naskah ini cenderung bersifat mitologis. Cerita ditulis secara urutan kronologis dengan bagian-bagian naratif pendek. Banyak kejadian yang dituliskan dibubuhi keterangan catatan penanggalan. Mendekati akhir cerita, penjelasan mengenai sejarah menjadi pendek dan bercampur dengan penjelasan mengenai silsilah berbagai anggota keluarga kerajaan Majapahit.
Mengingat tarikh yang tertua yang terdapat pada lembaran-lembaran naskah adalah 1522 Saka atau 1600 Masehi, diperkirakan bahwa bagian terakhir dari teks telah dituliskan antara tahun 1481 dan 1600, di mana kemungkinan besar lebih mendekati tahun pertama daripada tahun kedua.
Negarakertagama
Kitab Jawa tertua yang banyak dijadikan sumber penelitian adalah Kitab Negarakertagama. Kitab kuno ini juga disebut dengan nama kakawin Desawarnana. Negarakertagama bisa dibilang menjadi karya Empu Prapanca yang paling termasyhur.
Kakawin Negarakertagama ditulis oleh Empu Prapanca tahun 1365. Penulisan naskah ini diselesaikan pada bulan September – Oktober tahun 1365 Masehi. Penulisnya memakai nama pena Prapanca. Dari hasil analisis kesejarahan dugaan penulis naskah ini adalah Dang Acarya Nadendra, bekas pembesar urusan agama Buddha di istana Majapahit.
Kitab ini menceritakan keadaan di keraton Majapahit dalam masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk. Hayam Wuruk pernah menjadi raja agung di tanah Jawa hingga Nusantara. Kakawin ini bersifat istana sentris atau pujasastra, artinya mengagung-agungkan Raja Hayam Wuruk dan kerajaan Majapahit.
Kitab Sutasoma
Kitab Jawa Tertua selanjutnya adalah Kitab Sutasoma. Kitab memuat sebuah kakawin berbahasa Jawa Kuno. Kitab ini cukup terkenal dalam sejarah Indonesia karena sepenggal bait dari kakawin ini digunakan sebagai motto bangsa “ Bhinneka Tunggal Ika ”.
Kitab Sutasoma digubah oleh Mpu Tantular pada masa lampau Majapahit di bawah kekuasaan Raja Hay Wuruk atau Rajasanagara. Para ahli sejarah memperkirakan kakawin ini ditulis antara tahun 1365 dan 1389.
Kakawin Sutasoma bisa dibilang menjadi kitab unik dalam sejarah sastra Jawa. Kitab ini menjadi satu-satunya kakawin epik yang bernapaskan agama Buddha. Amanat kitab ini mengajarkan toleransi antar agama, terutama antar agama Hindu-Siwa dan Buddha.
BACA JUGA:
Itu tadi beberapa kitab Jawa tertua beserta isi naskahnya. Kitab-kitab kuno tersebut sampai sekarang masih menjadi bacaan dan referensi penting dalam dunia akademik dan studi kesejarahan.
Ikuti terus berita dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI Sumsel . Kami menghadirkan berita Sumatera Selatan terkini dan terlengkap untuk Anda.