Bagikan:

JAKARTA - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden dr. Brian Sri Prahastuti menegaskan, pekan menyusui sedunia 2022 menjadi momentum untuk meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif bagi bayi berusia kurang dari enam bulan. Sebab, persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif dalam tiga tahun terakhir menurun.

Minggu pertama di bulan Agustus 2022 diperingati sebagai Pekan Air Susu Ibu (ASI) Sedunia. Pekan ASI Sedunia dirayakan secara global di seluruh dunia dan juga serentak secara nasional di Indonesia.

Brian menyampaikan, jumlah bayi yang mendapat ASI Ekslusif di tahun 2018 sekitar 68,7 persen. Namun jumlah tersebut menurun di tahun 2019 menjadi 65,8 persen.

“Tahun 2021, terdapat 52,5 persen dari 2,3 juta bayi berusia enam bulan yang mendapat ASI eksklusif. Artinya kembali terjadi penurunan,” kata Brian dalam keterangan tertulis, Jumat 5 Agustus.

ASI mengandung zat gizi yang lengkap. Mulai dari karbohidrat, protein, multivitamin dan mineral, yang mudah diserap secara sempurna. ASI juga mengandung sel darah putih, zat kekebalan, enzin, hormon, dan protein yang cocok untuk bayi.

“Kandungan gizi makro dan mikro itu sangat berpotensi untuk mengurangi peluang stunting pada anak. Karena itu, menjadi sangat penting bagi Ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif selama enam bulan,” pesan Brian.

Ia juga menyebut, pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi, namun juga bagi Ibu yang menyusui. Seperti menurunkan risiko terjadinya kanker payudara dan kanker ovarium.

Mengutip sebuah penelitian, Brian juga menjelaskan, bahwa menyusui dapat memelihara kesehatan sel, mengontrol hormon, dan membantu menjaga pola makan.

“Menyusui memberikan perlindungan kepada ibu paska bersalin. Bukti ilmiahnya, menyusui bisa menurunkan risiko kanker payudara dan metode kontrasepsi alami,” tutur Brian.

Brian juga menekankan pentingnya dukungan untuk ibu menyusui di tengah pandemi COVID-19. Diantaranya, dengan pemberian vaksin, dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi ibu menyusui.

“Lingkungan sekitar seperti bapak dan keluarga merupakan aspek yang penting dalam mendukung keberhasilan menyusui. Tak kalah pentingnya, sistem kesehatan juga terus dibenahi untuk memperkuat kapasitas dalam menyediakan dan mempertahankan lingkungan yang ramah menyusui,” pungkas Brian.