Bagikan:

JAKARTA - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Siti Ruhaini Dzuhayatin menganalisis bagaimana Indonesia menjadi negara yang diterima dengan baik oleh negara-negara di dunia sebagai mitra strategis.

Undangan lawatan dari Presiden Tiongkok Xi Jinping kepada Presiden Joko Widodo baru-baru ini, kata Ruhaini, membuktikan Indonesia merupakan mitra strategis yang sangat "seksi",  tidak hanya di kawasan ASEAN dan Asia, tapi juga dunia.

“Presiden Jokowi diundang sebagai kepala negara pertama pasca pandemi untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Tiongkok. Berbeda dengan undangan kepala negara untuk Olimpiade Musim Dingin Februari lalu,” kata Siti Ruhaini dalam keterangan tertulis, Kamis, 28 Juli.

“Undangan langsung dari Presiden Xi Jinping, penerimaan hangat Kaisar Narohito dan Permaisuri  Masako serta penerimaan bersahabat Korea Selatan  mencerminkan bahwa Indonesia bukan hanya pasar, tapi juga partner  setara bagi ketiga negara,” imbuhnya.

Rangkaian kunjungan luar negeri Presiden Jokowi ini, menurut Siti, dimaksudkan untuk menghasilkan suatu kemitraan yang timbal balik di mana Indonesia dipastikan juga meraup keuntungan.

Guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini menambahkan, pertemuan Presiden Jokowi dengan kepala negara G7 di Jerman, kunjungan kenegaraan ke Rusia dan Ukraina, disusul dengan lawatan ke negara-negara di kawasan Asia Timur (Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan) mempertegas posisi Indonesia sebagai negara yang menjunjung Politik Luar Negeri Bebas Aktif secara konsisten.

“Secara geografis, Indonesia adalah negara yang besar dengan jumlah penduduk yang besar. Tapi tidak hanya itu, pasar Indonesia yang besar juga didukung dengan stabilitas sosial-politik yang organik dan resiliensi yang kuat. Ini menjadikan Indonesia seksi dimata negara-negara lain,” kata Siti.

Karenanya, Indonesia pun mendapatkan kepercayaan dan dukungan negara-negara dunia untuk mengemban peran-peran strategis seperti Presidensi G20 dan Keketuaan ASEAN tahun 2023.