Bagikan:

JAKARTA - Kanker dianggap menjadi penyakit yang paling sering menyerang di Indonesia. Jenis yang paling banyak ditemui adalah kanker serviks, kanker payudara, kanker darah, kanker paru-paru dan kanker usus.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Cut Putri Arianie meminta masyarakat waspada terhadap penyakit ini. Dia menjelaskan, beberapa faktor risiko kanker yakni usia, jenis kelamin atau keturunan, dan ras atau etnis di beberapa negara.

Dari data Kementerian Kesehatan, Kanker serviks dan payudara paling banyak dialami oleh perempuan, sementara kanker paru dan kanker usus atau kolorektal paling sering diderita oleh laki-laki, sedangkan kanker darah atau leukimia banyak dialami oleh anak-anak.

Jumlah angka kematian akibat kanker di dunia pada 2018 berjumlah 9,6 juta kasus. Sementara di Indonesia di tahun yang sama sebanyak 207.210 kasus.

"Namun bisa dicegah dengan mengubah perilaku menjadi lebih sehat seperti berhenti merokok, olahraga rutin, dan perbanyak makan buah dan sayur," kata Cut dalam pernyataannya, Selasa, 14 Januari.

Dalam penanggulangan kanker, Kemenkes menekankan pada empat pilar penanganan. Pilar pertama; terkait promosi kesehatan, yakni melalui edukasi kesehatan kepada masyarakat khususnya terkait pencegahan kanker.

Pilar kedua; penanggulangan kanker terkait dengan deteksi dini. Orang yang merasa tubuhnya sehat namun tetap harus cek kesehatan secara berkala ke fasilitas layanan kesehatan.

Pilar ketiga; perlindungan khusus seperti vaksinasi untuk mencegah kanker yang bisa diakibatkan oleh virus. "Vaksinasi kanker baru ada untuk kanker serviks. Vaksin ini diberikan pada anak perempuan usia 11-12 tahun," katanya.

Pilar keempat; dengan pengobatan atau kuratif melalui memperkuat rumah sakit dengan kelengkapan fasilitas dan alat kesehatan serta menyediakan dokter yang mumpuni.

Melansir wartaekonomi.co.id, kanker merupakan salah satu penyakit katastropik dengan penyerapan biaya terbesar dalam program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). 

Data BPJS Kesehatan, biaya pengobatan penyakit kanker menempati posisi ketiga terbesar setelah penyakit jantung dan gagal ginjal. Data ini direkam sejak 2014 sampai 2018.

"Khusus untuk kanker, dari 2014-2018, penyakit tersebut sudah menghabiskan biaya Rp13,3 triliun dari total biaya penyakit katastropik sebesar Rp78,3 triliun," kata Kepala Humas BPJS Kesehatan M Iqbal Anas Ma'ruf, Kamis, 5 September 2019. 

Dia menambahkan, kanker adalah salah satu jenis penyakit yang jarang terdeteksi. Biasanya, penyakit ini baru diketahui setelah mencapai stadium lanjutan. 

Oleh karenanya, BPJS Kesehatan secara aktif mengedukasi masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi seimbang, olahraga rutin, istirahat cukup, dan menjadi peserta JKN-KIS selagi masih sehat.

Menurutnya, beban biaya kanker ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi, makin banyak masyarakat yang tertolong karena dapat mengakses layanan kesehatan untuk pengobatan kanker. Namun di sisi lain, beban biaya pelayanan kesehatan dari tahun ke tahun terus bertambah.

"Ini yang jadi tugas besar kita semua, bagaimana agar bisa mengendalikan angka penderita katastropik, termasuk kanker," paparnya.