Bagikan:

JAKARTA - Kedutaan Besar Indonesia di Beijing memastikan tak ada warga negara Indonesia yang jadi korban ambruknya gedung di Kota Changsha China. Kabarnya, 53 orang dinyatakan meninggal dunia akibat insiden ini.

Sebenarnya, banyak pelajar asal Indonesia yang kuliah kedokteran di Kampus Changsha Medical University yang lokasinya tak jauh dari lokasi kejadian. Namun sejak pandemi COVID-19 melanda China pada awal 2020, hampir seluruh mahasiswa Indonesia meninggalkan ibu kota Provinsi Hunan tersebut dan sampai saat ini belum kembali.

Ambruknya gedung yang digunakan sebagai tempat tinggal dan tempat usaha di Kota Changsha itu terjadi pada 29 April lalu. Petugas keamanan dilaporkan berhasil menyelamatkan 10 orang dari reruntuhan bangunan tersebut, demikian pernyataan otoritas Kota Changsha kepada pers, pada Jumat, 6 Mei lalu.

Pemerintah pusat China telah membentuk tim investigasi ambruknya bangunan itu. Sebelumnya, sembilan orang telah ditahan atas ambruknya permukiman yang dibangun secara mandiri itu sehingga berpotensi melanggar fungsi peruntukan dan regulasi struktur bangunan.

"Peristiwa ini telah menyebabkan hilangnya nyawa manusia dan harta benda. Kami akan melakukan penyelidikan dengan penuh tanggung jawab," kata Sekretaris Partai Komunis China (CPC) Kota Changsha, Wu Guiying, demikian yang dikutip Antara.

Dalam penyelidikan awal, bangunan tersebut dibangun enam lantai pada 2012 dan ditambahkan dua lantai lagi pada 2018.

Selain apartemen dan rumah makan, di bangunan tersebut juga terdapat hotel yang diduga terdapat unsur pemalsuan dokumen kelayakan keselamatan.

Wali Kota Changsha Zheng Jianxin menyatakan, pihaknya sudah memeriksa 403.359 area permukiman dan setiap potensi bencana juga telah diantisipasi.