LOMBOK - Pemerintah Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) masih kekurangan mobil pemadam kebakaran (Damkar) dalam melaksanakan penanganan bencana kebakaran di 12 kecamatan setempat.
"Dari empat unit Mobil Damkar itu, hanya dua unit yang bisa dioperasikan," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Tengah H Ridwan Makruf di Praya dilansir dari Antara, Kamis, 5 Mei.
Dengan kondisi tersebut, ketika terjadi kebakaran di wilayah luar Kota Praya tidak jarang api telah padam sebelum sampai di Tempat Kejadian Perkara (TKP), karena jarak yang terlalu jauh.
Sehingga dalam mengantisipasi kebakaran di 12 Kecamatan itu dibutuhkan 12 Unit Mobil Damkar, supaya jarak tempuh itu lebih dekat. "Kalau dilihat dari luas wilayah Lombok Tengah itu kita butuh 12 unit. Namun, kondisi anggaran yang tidak memungkinkan untuk pengadaan saat ini," katanya.
Selain itu, penanganan kebakaran juga membutuhkan pos di masih-masing Kecamatan atau di tiga zona yakni zona utara dan zona selatan dan tengah. Sehingga petugas bisa bergerak cepat ketika ada kebakaran terjadi dan api bisa dipadamkan dengan cepat.
"Selain Damkar, kita juga butuh pos pantau di masing-masing zona, supaya jarak tempuh itu lebih cepat," katanya.
Sementara itu untuk jumlah personel saat ini sebanyak 85 orang terbilang cukup, namun yang menjadi persoalan rata-rata mereka adalah pegawai honorer.
"Masih kita butuh peningkatan SDM, karena tidak hanya kebakaran yang ditangani oleh petugas BPBD, namun ketika ada korban tenggelam baik di sungai atau laut tetap turun untuk membantu pencarian," katanya.
Selain Damkar, kondisi peralatan penanganan bencana banjir seperti tenda besar dan kecil untuk pengungsian perlu dilakukan pengadaan. "Perahu karet kita ada satu. Idealnya kita harus miliki empat unit," katanya.
Wilayah rawan bencana alam di Lombok Tengah ini tersebar di 12 Kecamatan, seperti bencana tanah longsor itu ada di bagian utara Lombok Tengah dan banjir di wilayah selatan Lombok Tengah serta di Kota Praya.
"Kondisi banjir ini diakibatkan oleh pendangkalan sungai dan tumpukan sampan serta intensitas hujan yang cukup tinggi," katanya.
Oleh sebab itu, langkah yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir tersebut selain penghijauan adalah melakukan pengerukan saluran irigasi atau sungai di Lombok Tengah. Sehingga ketika terjadi hujan lebat, air hujan itu tidak meluap ke rumah masyarakat.
"Kondisi Sungai di Lombok Tengah ini butuh revitalisasi, supaya tidak terjadi banjir lagi," katanya.
BACA JUGA:
Ia mengatakan, wilayah Lombok Tengah telah dipasangkan alat mitigasi Tsunami di wilayah selatan untuk mendukung Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Namun, jangkauan alat tersebut terbatas, sehingga dibutuhkan penambahan supaya suaranya lebih luas dan bisa terjangkau masyarakat.
"Kita juga telah dipasangkan alat mitigasi peringatan gempa bumi di Kantor Bupati Lombok Tengah," katanya.