JAKARTA - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama berpendapat masker medis masih relevan untuk dipakai orang-orang mudik saat ini.
"Masker medis tentu masih relevan untuk mudik," kata dia dilansir Antara, Minggu, 14 April.
Namun, menurut Prof. Tjandra yang pernah menjabat sebagai Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu orang-orang lebih baik mengenakan jenis masker seperti KN95 atau N95 dan ini tergantung dari seberapa besar risiko penularannya.
"Masker medis tentu baik, kalau mau lebih baik lagi maka gunakan KN95 atau N95, ini tergantung dari berapa besar risiko penularannya," saran dia.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebelumnya mengimbau seluruh masyarakat tetap disiplin memakai masker termasuk menjelang Lebaran tahun 2022 meskipun kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di tanah air dikatakan lebih rendah ketimbang negara-negara lain.
Dengan memakai masker, masyarakat dapat terlindungi dari penularan COVID-19 sehingga dapat menjalankan kegiatan mudik secara aman.
Kemudian, terkait pemakaian masker di tengah orang-orang yang mulai melepaskan masker muncul atau bisa disebut one-way masking seperti yang dipopulerkan sejumlah pakar kesehatan di Barat, muncul pertanyaan apakah masker masih efektif bagi pemakainya?
Menurut pakar terkait masker dari Johns Hopkins Biocontainment Unit Christopher Sulmonte, MHA, mengenakan masker sementara orang di sekitar Anda tidak memakainya, masih signifikan bagi Anda untuk terlindungi dari COVID-19.
Ini karena masker menyaring berbagai droplet pernapasan serta partikel-partikel yang dikeluarkan orang-orang di sekitar Anda. Tentu saja, bila Anda mengenakan masker yang pas dengan wajah dan tak semata satu lapis.
"Misalnya, dalam pengaturan perawatan kesehatan yakni staf berinteraksi dengan pasien yang tidak bermasker dan sangat menular untuk jangka waktu lama, kami telah melihat betapa efektifnya penggunaan masker dalam melindungi petugas kesehatan dari pajanan dan infeksi dari berbagai penyakit menular, termasuk COVID-19," jelas Sulmonte seperti dikutip dari Health, Minggu.
Meskipun upaya menghindari COVID-19 dan penyakit pernapasan lainnya berasal dari semua orang yang memakai masker dengan benar, ada banyak data yang menunjukkan, memakai masker dapat melindungi pemakainya, bahkan di tempat di mana orang lain tidak menggunakan masker, menurut Direktur Program Tim Respons COVID-19 di University of California, Irvine, David Souleles, MPH.
Souleles merujuk pada penelitian terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengatakan, orang yang secara konsisten memakai masker yang nyaman dan pas lebih kecil kemungkinannya terkena COVID-19, dibandingkan dengan mereka yang tidak secara teratur mengenakan masker.
BACA JUGA:
Meskipun banyak penelitian telah membuktikan bahwa masker melindungi orang yang memakainya, tingkat perlindungannya bergantung pada jenis masker, bahan masker, seberapa konsisten orang memakainya, dan tingkat infeksi di masyarakat, menurut Direktur Departemen Kesehatan dan Kegawatdaruratan di Staten Island University Hospital, Eric Cioe-Peña, MD. Terkait jenis masker, tipe seperti KN95 atau N95 dapat melindungi pemakainya secara signifikan dari COVID-19, meski orang lain tidak memakai masker.
"Satu orang yang memakai KN95 lebih baik dalam beberapa penelitian daripada kedua orang yang memakai masker bedah, meskipun masih ada beberapa perlindungan satu arah untuk masker bedah juga," tutur dia.
CDC menyatakan, respirator berkualitas tinggi misalnya KN95 atau N95 memberikan perlindungan terbaik dari infeksi pernapasan. Meskipun masker bedah dan masker kain masih menawarkan sejumlah perlindungan bagi pemakainya, masker tersebut harus dipakai dengan benar (tidak ada celah, basah atau kotor).
Demi mencegah terkena COVID-19, selain memakai masker, merujuk pada Surat Edaran Nomor 16 Tahun 2022 Tentang Ketentuan Perjalanan Orang Dalam Negeri Pada Masa Pandemi COVID-19, masyarakat juga diimbau menerapkan protokol kesehatan lain yakni mencuci tangan secara berkala menggunakan air dan sabun atau hand sanitizer, terutama setelah menyentuh benda yang disentuh orang lain.
Kemudian, perlu juga menjaga jarak minimal 1,5 meter dengan orang lain serta menghindari kerumunan, tidak berbicara satu arah maupun dua arah melalui telepon ataupun secara langsung sepanjang perjalanan dengan moda transportasi umum darat, perkeretaapian, laut, sungai, danau, penyeberangan, dan udara.
Imbauan lainnya yakni tidak makan dan minum sepanjang perjalanan penerbangan bagi perjalanan kurang dari 2 jam, terkecuali bagi individu yang wajib mengkonsumsi obat dalam rangka pengobatan yang jika tidak dilakukan dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan orang tersebut.