SLEMAN - Gunung Merapi mengalami 96 kali gempa guguran pada Kamis 21 April, pukul 00.00-24.00 WIB. Pada periode pengamatan itu juga tercatat satu kali gempa tektonik dan tiga kali gempa fase banyak.
Data dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan, asap berwarna putih dengan ketinggian hingga 100 meter keluar dari gunung Merapi di perbatasan DI Yogyakarta dan Jawa Tengah itu.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan, pada periode pengamatan itu, tercatat 18 kali guguran lava keluar dari gunung itu dengan jarak luncur maksimum 2.000 meter ke arah barat daya.
Deformasi atau perubahan bentuk tubuh Merapi yang dipantau BPPTKG menggunakan electronic distance measurement (EDM) rata-rata sebesar 0,2 cm per hari (dalam 3 hari).
Sementara itu, mengacu data terakhir BPPTKG, volume kubah lava di barat daya tercatat 1.672.000 meter kubik dan volume kubah tengah sebesar 2.582.000 meter kubik.
Meneruskan laporan Antara, hingga kini BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga.
Guguran lava dan awan panas dari Gunung Merapi bisa berdampak ke area dalam sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Boyong (sejauh maksimal lima kilometer) serta Sungai Bedog, Krasak, Bebeng (sejauh maksimal tujuh kilometer).
Selain itu, guguran lava dan awan panas dari Gunung Merapi bisa berdampak ke area di sektor tenggara yang meliputi Sungai Woro (sejauh maksimal tiga kilometer) dan Sungai Gendol (sejauh lima kilometer).
Hanik Humaida menyebutkan, apabila gunung api itu mengalami letusan eksplosif, maka lontaran material vulkaniknya dapat menjangkau daerah dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.