Bagikan:

JAKARTA - Proporsi dan kadar antibodi SARS CoV-2 atau COVID-19 masyarakat Indonesia di pada bulan Maret 2022 diketahui meningkat dari Desember 2021 lalu.

Hal ini terungkap dari hasil sero survei Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) bersama Kementerian Kesehatan.

Epidemiolog UI, Pandu Riono menjelaskan, dalam survei di 21 kabupaten/kota asal dan tujuan mudik, proporsi penduduknya mempunyai antibodi sebesar 99,2 persen. Hal ini meningkat 6,2 persen dalam waktu tiga bulan.

Kemudian, kadar peningkatan antibodi masyarakat di daerah survei tersebut juga meningkat. FKM UI mengambil nilai tengah atau median kadar antibodinya. Pada Bulan Desember 2021, median kadar antibodi sebesar 434 unit per mililiter. Lalu pada Maret 2022, median kadar antibodinya menjadi 5.698 unit per mililiter.

"Ada peningkatan proporsi penduduk yang memiliki antibodi ini cukup besar, yaitu sebesar 6,2 persen dalam waktu tiga bulan. Yang paling penting adalah adanya kadar peningkatan antibodi lebih dari 10 kali lipat. Ini yang menjadi modal dasar penduduk untuk bisa mengatasi kemungkinan kalau terjadi infeksi," kata Pandu dalam konferensi pers virtual, Rabu, 20 April.

Dari peningkatan antibodi berdasarkan hasil survei ini, apakah kasus COVID-19 akan tetap berpotensi meningkat karena banyaknya masyarakat melakukan mobilitas yang tinggi seperti mudik Lebaran?

Pandu menjawab kemungkinan itu tetap ada meski antibodi masyarakat sudah tinggi. Mengingat, masyarakat tak cuma pulang ke kampung halaman untuk bersilaturahmi, namun juga berrekreasi ke kawasan wisata.

Karenanya, lanjut Pandu, tingginya mobilitas selama masa musim mudik harus dibarengi dnegan peningkatan cakupan vaksinasi dosis lengkap ditambah dosis ketiga atau booster.

"Vaksinasi menjadi penting karena dari survei ini kita tahu bahwa dengan adanya booster pada pelaku perjalanan akan memberikan rasa percaya diri yang lebih besar karena antibodinya cukup aman, cukup kita bisa andalkan untuk mengurangi risiko (kenaikan kasus) tadi," ungkap Pandu.

Selain itu, Pandu mengingatkan masyakarakat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan. "Kita tetap harus mendorong masyarakat patuh pada protokol kesehatan supaya tetap sehat selama perjalanan sehingga mengurangi risiko penularan karena pandemi belum selesai," imbuhnya.