Bagikan:

DEPOK - Mantan Satpam Kampus IPB University Bogor Hudi Santoso berhasil meraih gelar doktor lewat disertasi berjudul 'Model Komunikasi Digital Desa Wisata dalam Pengembangan Kapasitas Pelaku Wisata di Kabupaten Bogor'.

"Saya jadi satpam sekitar empat tahun di IPB. Persisnya ketika pembangunan gedung Fakultas Kedokteran Hewan," ujar Hudi dalam keterangannya dikutip Antara, Selasa, 29 Maret.

Dia tak pernah menyangka bisa menempuh studi hingga program doktoral di kampus bergengsi seperti IPB.

Hudi menorehkan prestasi membanggakan usai menjalani Sidang Terbuka Promosi Doktor di IPB University, Bogor, Jawa Barat, Senin (28/3).

"Sempat ngojek juga di kampus (IPB). Dari situ saya berpikir kalau begini terus, hidup saya stagnan, gak ada perubahan. Alhamdulillah, diberi kemudahan. Masuk diploma, lanjut S1 di UNS Solo, kemudian lanjut lagi magister hingga doktor di IPB," kata Hudi.

Terkait disertasi, Hudi mengatakan kalau Kabupaten Bogor memiliki potensi desa wisata yang sangat besar. Dengan 42 desa yang berpotensi menjadi desa wisata dan 25 diantaranya sudah aktif sebagai desa wisata.

Hanya saja, kata Hudi, pengelolaan desa wisata ini dirasa belum optimal terutama jika melihat potensi yang dimiliki.

Dia menjelaskan, pengelola desa wisata seharusnya memiliki kemampuan dalam mengakses, mengelola, memanfaatkan berbagai platform apps media untuk menyampaikan informasi, promosi, dan membangun reputasi desa wisata yang dikelola.

"Para pengelola desa wisata belum mampu melaksanakan praktik komunikasi pemasaran. Padahal ini merupakan unsur penting untuk pengembangan dan keberlanjutan desa wisata yang mampu menghadirkan banyaknya kunjungan wisatawan sehingga keuntungan dapat diperoleh secara optimal," lanjut dia.

Hudi menjelaskan komunikasi pemasaran lewat media sosial sangatlah penting dalam mengembangkan desa wisata. Karena semakin tinggi pemanfaatan media sosial seperti Facebook, instagram dan Youtube maka komunikasi pemasaraan semakin meningkat popularitasnya.

Penelitian yang dilakukan Hudi menggunakan metode penelitian survei terhadap 166 responden yang didapat dari 3.320 orang populasi pelaku desa wisata di Kabupaten Bogor.

Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2020 di empat kecamatan, yaitu Pamijahan, Leuwiliang, Babakan Madang, dan Tenjolaya.

Hudi, yang kini menjadi dosen tetap Sekolah Vokasi IPB itu memaparkan, pengembangan desa wisata di Kabupaten Bogor dibutuhkan dukungan dari semua pemangku kepentingan. Terutama dari pemerintah daerah Kabupaten Bogor.

Pemerintah daerah perlu membuat kebijakan yang prioritas seperti mengadakan pelatihan komunikasi pemasaran dan pemanfaatan media digital, serta memfasilitasi modal untuk menguatkan kewirausahaan pelaku wisata agar desa wisata menjadi semakin berkembang.

"Selain itu, pelaku desa wisata di Kabupaten Bogor perlu membuka diri dengan cara aktif mencari informasi di media untuk meningkatkan fasilitas di desa wisata. Seperti wahana atau spot foto yang menarik sehingga dapat menarik wisatawan," katanya.