Bagikan:

BOGOR - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor, Jawa Barat, melalui Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (DPKPP) menggelar lomba gali kubur berhadiah jutaan rupiah di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Rajeg, Cibinong, Bogor.

Kepala DPKPP Kabupaten Bogor, Ajat Rochmat Jatnika menyebutkan, kegiatan ini diikuti oleh 32 penggali kubur dari delapan TPU se-Kabupaten Bogor untuk memperebutkan hadiah uang tunai sebesar Rp5 juta.

Beberapa aspek yang menjadi bahan penilaian yaitu, kecepatan, kerapihan hingga ketepatan ukuran membuat lubang makam.

Menurutnya, tujuan dilaksanakannya kegiatan ini tidak hanya sekedar lomba, melainkan bentuk apresiasi Pemkab Bogor kepada para penggali kubur, terutama setelah mereka bekerja keras selama pandemi COVID-19.

"Esensinya bukan lomba. Tapi ingin mengangkat harkat martabat mereka sekaligus Ibu Bupati ingin mengapresiasi mereka. Karena profesi ini tersembunyi namun memiliki makna sosial yang tinggi," kata Ajat dikutip Antara, Selasa, 29 Maret.

Ajat menjelaskan, lomba gali kubur ini diikuti petugas dari TPU Pondok Rajeg, TPU Bogor Asri, TPU Tajurhalang, TPU Babakanmadang, TPU Cipenjo, TPU Jonggol, TPU Rancabungur dan TPU Gunungputri.

Dia menerangkan, hanya delapan TPU yang mengikuti lomba ini, karena di setiap TPU tidak memiliki jumlah petugas gali kubur yang mencukupi, karena untuk menggali satu lubang kubur dibutuhkan minimal empat orang.

"Iya seperti di Cariu itu cuma empat orang. Kalau diikutkan lomba, lalu ada yang meninggal dan ingin dikuburkan di TPU tidak ada petugas kan repot," kata Ajat.

Lomba gali kubur tersebut dimenangkan oleh TPU Tajurhalang, kemudian juara kedua diraih oleh TPU Jonggol.

Sementara, Bupati Bogor, Ade Yasin di tempat yang sama, memberikan santunan paket sembako untuk para petugas penggali kubur secara simbolis. Menurutnya, petugas gali kubur merupakan profesi yang mulia.

"Bayangkan saja dulu waktu COVID-19 sedang tinggi. Mereka bisa menguburkan hingga 50 orang dalam sehari. Kapan pun dan berapa pun mereka tetap lakoni dengan segala risikonya. Jadi harus diapresiasi," kata Ade Yasin.