Bagikan:

JAKARTA - PT PLN (Persero) memperkirakan telah menyalurkan stimulus listrik COVID-19 kepada pelanggan sebesar Rp1,2 triliun per bulan selama pandemi yang melanda Indonesia.

"Kami memperkirakan kalau untuk stimulus untuk pelanggan 450 VA sampai dengan 900 VA kurang lebih ada di angka Rp1,2 triliun per bulan," ujar Direktur Capital dan Management PLN Syofvi Felienty Roekman dikutip dari Antara, Kamis 24 September.

Syofvi juga menambahkan bahwa stimulus untuk pelaku UMKM karena jumlah pelanggannya tidak begitu banyak, penyalurannya di bawah Rp1 miliar.

"Stimulus ini memang diberikan bulanan, dan selanjutnya PLN akan tagihkan melalui skema subsidi kepada pemerintah," katanya.

Terkait apakah stimulus listrik akan dilanjutkan atau tidak setelah Desember tahun ini, ia mengatakan akan menunggu instruksi selanjutnya dari pemerintah.

"Kami untuk stimulus ini adalah pelaksana, jadi apakah nanti akan diperpanjang atau berakhir pada Desember tahun ini kami akan menunggu instruksi selanjutnya dari pemerintah melalui Kementerian ESDM," ujar Syofvi.

Sedangkan mengenai penjualan kelistrikan, PLN optimistis dan terus berusaha keras untuk tumbuh positif sekitar 0,5 persen pada akhir tahun ini.

"Kami berupaya untuk tetap positif, kami memiliki sejumlah skenario jadi diperkirakan kurang lebih negatif 0,5 persen sampai dengan positif 0,5 persen. Jadi kami berupaya tetap berusaha untuk terjadi pertumbuhan positif 0,5 persen, ini ekspektasi kami dengan segala upaya hingga akhir tahun ini," kata Syofvi.

Menurut dia, beberapa bulan penjualan kelistrikan PLN membaik dan kemungkinan negatifnya  tinggal sekitar dua persen saat ini.

Kendati demikian Syofvi juga mengakui bahwa ketika pertama kali pandemi menghantam Indonesia, PLN mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga negatif 10 persen.

"Jadi memang ketika pertama kali pandemi COVID-19 ini terjadi pada 2-3  bulan pertama, permintaan kami turun cukup signifikan hingga negatif turun 10 persen, yang mana ini tidak pernah kami alami dan dampaknya cukup sulit bagi PLN," katanya.

Menurut dia, hal tersebut tidak hanya dialami oleh PLN namun semua perusahaan utilitas di dunia ini mengalami kontraksi signifikan yang sangat drastis.