BMKG Sebut Perubahan Iklim Global Berikan Dampak untuk Indonesia
Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG Ardhasena Sopaheluwakan/Foto: Antara

Bagikan:

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa perubahan iklim telah memberikan dampak terhadap kondisi Indonesia, seperti mencairnya es di Puncak Jaya, Papua, akibat kenaikan suhu dan tren cuaca ekstrem.

Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG Ardhasena Sopaheluwakan dalam diskusi virtual di Jakarta, Rabu 2 Maret menjelaskan bahwa perubahan iklim telah menyebabkan tren kenaikan temperatur di Indonesia.

"Sebagai dampaknya tidak bisa dipungkiri banyak yang terjadi dengan kondisi di Indonesia, misalkan hilangnya atau mencairnya es di Puncak Jaya, di mana pada saat ini (temperatur) di permukaan es Puncak Jaya sudah di atas titik beku, sekitar lima derajat," katanya.

Dengan demikian, ujarnya, sudah dapat dipastikan bahwa beberapa tahun yang akan datang es yang berada di puncak gunung tertinggi di Indonesia itu akan menghilang.

Perubahan iklim juga berdampak dengan kenaikan frekuensi hujan ekstrem yang terjadi di banyak daerah di Tanah Air. Hujan ekstrem itu kemudian menyebabkan banjir dan bencana lain yang memberikan dampak kepada manusia.

Dia memperingatkan bahwa perubahan iklim tidak hanya dapat mengakibatkan hujan berlebih, tapi juga dapat berpotensi mengakibatkan kekeringan ekstrem.

"Sehingga itu berdampak kepada kejadian kebakaran hutan, di mana berdampak lebih lanjut kepada transboundary pollution (pencemaran asap lintas batas) dan berdampak kepada kegiatan ekonomi, transportasi dapat terhenti maupun dampak pada kesehatan," katanya.

Dia menjelaskan bahwa BMKG ikut memperkuat langkah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, termasuk dalam kegiatan pertanian dan sektor kesehatan.

BMKG telah melaksanakan Sekolah Lapang Iklim untuk membantu para petani untuk adaptif terhadap iklim ekstrem dan perubahan iklim. Hal itu dilakukan sehingga petani dapat menyesuaikan dengan pola tanam terhadap kondisi iklim.

"Terus dilakukan juga peringatan dini untuk demam berdarah yang saat ini telah dilakukan di Jakarta, meski rencananya akan diperluas untuk daerah lainnya," katanya.