Bagikan:

BOGOR - Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat mendata dari 2.061 pasien positif COVID-19 terdapat 80 persen atau 1648 orang bergejala ringan sehingga tidak memerlukan perawatan di rumah sakit.

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto di Kota Bogor, menyatakan lonjakan kasus COVID-19 pada Februari 2022 ini memang sempat melampaui angka harian varian Delta pada Juli hingga Agustus 2021.

Namun, siaga tempat tidur isolasi di rumah sakit yang ditujukan bagi pasien dengan gejala sedang, berat dan kritis saat ini hanya mencapai 31 persen di masing-masing rumah sakit.

"Artinya jumlah pasien COVID-19 yang terpapar sebagian besar bergejala ringan dan tidak perlu perawatan di rumah sakit," kata dia di Bogor dilansir Antara, Selasa, 8 Februari.

Dari kesiagaan tersebut, lanjut Bima, keterisiannya pun masih terkendali karena jumlah pasien bergejala sedang, berat dan kritis hanya 20 persen dari ribuan orang yang dinyatakan positif.

Pasien bergejala ringan itu pun kini isolasi mandiri di rumah, sehingga Satgas COVID-19 telah mengaktivasi kembali RW siaga dengan cara tutup portal.

Masing-masing lokasi pemukiman yang warganya terdapat pasien positif diminta untuk mengantisipasi penyebaran.

Portal gang atau jalan umum warga yang sering menjadi tempat hilir mudik warga yang rentan terhadap protokol kesehatan pun mendapatkan aturan tutup portal, sehingga warga tidak bisa mengakses.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno menjelaskan ketersedian tempat tidur di 21 rumah sakit rujukan saat ini berjumlah 705 tempat tidur.

Dari jumlah itu, mulai terisi 291 pasien bergejala sedang, berat dan kritis atau baru 31,4 persen.

Kemudian, tempat tidur isolasi di ICU dari 51 tempat tidur yang disediakan kini baru terisi 16 pasien atau 31,4 persen.

Retno menyebut, dari 2.061 pasien positif COVID-19, ada sekitar 200 lebih dalam perawatan rumah sakit lantaran bergejala sedang, berat dan mempunyai penyakit penyerta atau komorbid dan sebagian besarnya bergejala ringan.

Mereka akan mendapat pemantauan melaui aplikasi telemedicine maupun secara langsung oleh pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), relawan maupun RW siaga.

"Jadi 80 persen pasien di Kota Bogor bergejala ringan dan kita arahkan untuk isoman," kata Retno.