Petugas Puskesmas di Bengkulu Tolak Tangani Bayi Terkena Kejang Demam, Wawali Dedy Wahyudi Langsung Minta Maaf
Wakil Wali Kota Bengkulu Dedy Wahyudi mendatangi kediaman bayi (ANTARA)

Bagikan:

BENGKULU - Wakil Wali Kota Bengkulu Dedy Wahyudi mendatangi kediaman bayi di Desa Arga Indah II, Kecamatan Merigi Sakti, Kabupaten Bengkulu Tengah untuk meminta maaf. Permintaan maaf Dedy menyusul penolakan dari salah satu Puskesmas Muara Bangkahulu. 

"Bapak, ibu, kami dari jajaran Pemkot Bengkulu, Bapak Wali kota, Sekretaris Daerah memohon maaf atas ketidaknyamanannya pelayanan puskesmas di Kota Bengkulu. Kehadiran kita ini khusus untuk menyampaikan maaf dan bentuk perhatian Bapak Wali Kota," kata Dedy di Bengkulu, Antara, Jumat, 4 Februari.

Melalui sambungan video, Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan juga meminta maaf kepada keluarga bayi. "Maaf ya bu atas kejadian ini, atas nama Pemerintah Kota Bengkulu meminta maaf sebesar-besarnya. Insyaallah kejadian ini tak akan terulang ini," ujar dia.

Hadir dalam lawatan ke rumah keluarga si bayi, Kepala Dinas Komunikasi, Informasi, dan Persandian (Diskominfotik) Kota Bengkulu Eko Agusrianto bersama Kasatpol PP Yurizal, Sekcam Muara Bangkahulu Jalaludin, dan jajaran pemkot lainnya.

Balita berusia satu tahun, warga Kabupaten Bengkulu Tengah terkena step (kejang demam) lalu dibawa keluarganya ke Puskesmas Muara Bangkahulu untuk mendapatkan penanganan medis, namun ditolak dan tidak mendapatkan bantuan serta upaya lain dari pihak puskesmas.

Pihak keluarga sebelumnya meminta tolong puskesmas untuk membawa ke rumah sakit terdekat dengan ambulans. Sayangnya, pihak puskesmas menyarankan keluarga mencari angkot untuk membawanya sebab kejadian tersebut di luar jam dinas (kerja).

Atas kejadian tersebut, Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan mencopot Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala Puskesmas Muara Bangkahulu dari jabatan. Sedangkan petugas puskesmas yang menangani dan menerima pasien tersebut untuk sementara ini ditarik ke Dinas Kesehatan guna menjalani pembinaan.

"Sebagai konsekuensi, pemkot mengambil suatu kebijakan, satu keputusan, suka tidak suka, kami ada semacam suatu shock therapy agar ke depan kejadian seperti ini tidak terulang," kata Eko.