Cerita Ridwan Kamil Soal Warganya Sempat Takut Jadi Relawan Vaksin
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Foto Diah Ayu/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Sebanyak 1.620 warga Jawa Barat saat ini menjadi relawan uji klinis tahap tiga vaksin Sinovac. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku pihaknya sempat kesulitan mencari relawan.

Dimana sejak pembukaan hingga berjalan beberapa minggu, relawan vaksin yang terdaftar baru mencapai 200 orang. Namun, Kang Emil sapaan akrabnya, hal itu bisa dilewati dengan baik. 

"Tadinya, banyak yang takut karena menerima hoaks, bahwa nanti ada pemasagan chip, bahwa nanti kita akan didata secara genetika, atau vaksin ini tidak halal, wah panjang (ceritanya). Karena ketidaktahuan dan provokasi ini, sehingga pada enggak mau daftar," tutur Emil dalam diskusi virtual, Jumat, 4 September.

Dari ketakutan masyarakat itulah, Emil memutuskan untuk ikut menjadi relawan vaksin. Tujuannya, untuk meyakinkan warganya bahwa ada orang yang menjadi referensi valid terkait penggunaan vaksin.

"Karena saya gubernur dan kepala gugus tugas, maka semua omongan saya akan menjadi referensi. Betul, setelah saya jadi relawan, maka tingkat provokasi yang tidak jelas itu menjadi turun," jelas Emil.

Selasa lalu, Emil telah menjalani penyuntikan vaksin untuk pertama kali. Kemudian Emil akan kembali menjalani penyuntikan vaksin tahap kedua. Semua proses penyuntikan dan pengambilan darah dilakukan sebanyak 6 kali.

"Besok saya disuntik, kemudian nanti tahap tiga disuntik lagi. Kemudian, sisanya adalah diambil darah sampai ditemukan imunisasi tubuh saya bisa naik sampai 90 persen," ucap Emil.

"Kalau imun saya naik 90 persen, berarti saya kuat melawan COVID-19. Maka, saya akan jadi testimoni bahwa vaksin bisa diproduksi dan disebar ke masyarakat," lanjut dia.

Lebih lanjut, Emil memprediksi keputusan keampuhan vaksin Sinovac akan keluar pada bulan Desember 2020. pada Desember vaksin dinyatakan berhasil meningkatkan imunitas tubuh, maka pada Januari 2020, vaksin bisa diproduksi massal oleh PT Bio Farma.

Emil mengaku bersyukur bahwa perusahaan Bio Farma berada di Jawa Barat. Sebab, kata dia, biaya distribusi vaksin yang akan dibagikan ke masyarakat akan menjadi murah.

"Karena diproduksi di Bandung, maka harganya murah,  jumlahnya bisa kita atur. Kita tidak akan dikendalikan oleh barang jadi yang impor. Sebab, kalau impor, harganya itu diatur negara sana. Itulah hikmah Biofarma adanya di Jawa Barat dan bisa memproduksi sendiri," imbuhnya.