Bagikan:

JAKARTA - Terjadi gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 6,1 pada Sabtu, 22 Januari pukul 09.29 WIB di Sulawesi Utara. Namun, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kepulauan Sangihe melaporkan warganya tak mengalami kepanikan.

"BPBD Kabupaten Kepulauan Sangihe melaporkan guncangan kuat berlangsug singkat, sekitar 3 hingga 4 detik. Meskipun guncangan sangat kuat, warga setempat tidak mengalami kepanikan," kata Plt. Kapusdatinkom Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangannya, Sabtu, 22 Januari.

Namun, kata Abdul Muhari, gempa yang juga dirasakan di Kepulauan Talaud sempat membuat warga setempat mengalami kepanikan.

Tercatat, gempa dengan kekuatan M 6,1 ini berpusat 39 kilomeyer tenggara Melonguane, Sulawesi Utara, dengan kedalaman 12 kilometer.

Intensitas guncangan yang diukur dengan skala Modified Mercalli Intensity (MMI) menunjukkan III – IV MMI di Melonguane.

Melihat dari jenis dan mekanismenya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya deformasi lempeng laut Maluku.

"BMKG menyebutkan bahwa hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik mendatar atau oblique thrust," ucap Abdul Muhari.

Berdasarkan pantauan hingga pukul 11.30 WIB hari ini, sebanyak Sembilan aktivitas gempa susulan atau aftershock dengan magnitudo terbesar M4,5.

Provinsi Sulawesi Utara memiliki 15 kabupaten dengan potensi bahaya gempa bumi kategori sedang hingga tinggi. Dua wilayah, Kepulauan Sangihe dan Talaud, tadi termasuk wilayah dengan potensi bahaya tersebut.

Menyikapi potensi bahaya gempa, Abdul Muhari mengumbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk tetap waspada dan siap siaga.

"Fenomena gempa dapat terjadi setiap saat dan belum ada teknologi yang dapat memprediksi waktu terjadinya. Selain potensi gempa, masyarakat di kawasan tersebut diharapkan juga siap siaga terhadap potensi bahaya lain, yaitu tsunami, yang dapat dipicu oleh gempa bumi," pungkasnya.