Pemusnahan Barang Bukti Sabu, BNN Sebut Penyelundupan Narkotika di Indonesia Didominasi Jalur Laut
Prekusor bahan pembuat sabu-sabu dimusnahkan BNN/ Foto: IST

Bagikan:

JAKARTA - Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia memusnahkan barang bukti narkotika sabu-sabu seberat 164,19 kg dan 4.250 ml prekursor atau bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan narkotika dan psikotropika.

Sekretaris Utama BNN I Wayan Sukawinaya mengatakan, kegiatan pemusnahan barang bukti narkotika ini merupakan wujud transparansi BNN terhadap publik dalam penanganan kasus narkotika.

"BNN memusnahkan seluruh barang bukti yang berasal dari delapan pengungkapan kasus, yakni kasus sabu-sabu dalam kapal di Kepulauan Riau dengan barang bukti 2,18 kilogram," kata Sukawinaya di Jakarta, Kamis 30 Desember.

Lalu, kasus Clandestine Laboratory (laboratorium gelap) di Medan dengan barang bukti sabu seberat 674,96gram dan 4.250ml prekursor.

Selanjutnya, kasus sabu-sabu jaringan Madura-Jakarta Barat yang ditangkap di pintu tol Palimanan dengan barang bukti 7,81 kilogram sabu.

Kemudian, pengungkapan kasus sabu-sabu di Matraman Jakarta Timur dengan sabu seberat 27,04 gram.

Lalu, kasus sabu-sabu di atap bus yang diamankan pada 11 November 2021 di Palembang, Sumatera Selatan dengan barang bukti 16,09 kilogram.

Selain itu, tiga kasus peredaran narkotika lainnya adalah kasus sabu-sabu di Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan barang bukti 503,3 gram.

Selanjutnya, pengungkapan di daerah Bireun Provinsi Aceh dengan barang bukti 103,3 kilogram, dan pengungkapan di Langsa, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh dengan barang bukti 33,80 kilogram.

Ia mengatakan dari pengungkapan 8 kasus tersebut pihaknya menetapkan 19 tersangka yang kini telah ditahan di Rutan BNN.

Sukawinaya menyatakan ke depannya pihaknya akan berupaya untuk mencegah masuknya barang haram tersebut ke Indonesia.

Ia mengatakan pihaknya telah mempelajari modus para sindikat yang memasukkan narkoba melalui jalur laut di wilayah Aceh.

"Mudah-mudahan tahun depan dengan berbagai macam strategi yang dilakukan oleh pak kepala BNN, karena sudah ada War On Drugs, itu dari segi soft power, hard power, smart power semakin berkurang barang masuknya ke Indonesia," katanya.