Alasan Islam di Asia Tenggara Minim Konflik, JK: Damai Karena Disebarkan Ulama Pengusaha
Mantan Wapres Jusuf Kalla (Foto via MUI)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Dewan Masjid Indonesia, Jusuf Kalla mengajak umat muslim di Indonesia untuk berwirausaha. Dia mengajak umat Islam Indonesia berwirausaha karena penyebar agama Islam di Indonesia dulu, salah satunya, merupakan ulama pedagang. Sosok Nabi Muhammad dan keluarganya juga pedagang.

Berbicara dalam gelaran Kongres Ekonomi Umat II Sabtu 11 Desember kemarin, kata JK, sosok penyebar Islam dari kalangan pedagang itu membuat karakter Islam di Indonesia dan umumnya di Asia Tenggara cenderung ramah dan damai. Ini berbeda dengan penyebaran Islam di wilayah lain yang memakai cara peperangan.

“Kenapa Asia Tenggara ini aman, tidak saling perang di antara negara mayoritas muslim? Karena yang membawa Islam adalah pengusaha dari Yaman dan Timur Tengah. Islam kita, salah satunya, dibawa oleh pedagang yang ulama,” kata JK dikutip dari laman resmi MUI.

Penyebaran Islam dari kalangan ulama pedagang itu, tutur JK, harus terus menjadi materi dakwah yang disampaikan oleh para ulama. Setiap ulama saat ini, kata dia, harus mengajak umat untuk menjadi pedagang. Rasulullah SAW pun, ujar dia, juga merupakan sosok pedagang. Sehingga berdagang merupakan sunnah Nabi.

JK mengatakan, kondisi muslim di Indonesia yang memprihatinkan, salah satunya karena kurangnya kesadaran berdagang. Dari 10 orang paling kaya di Indonesia menurut majalah Forbes, hanya satu orang yang muslim. Dari 100 orang paling kaya di Indonesia, hanya ada 9 orang yang muslim.

"Ekonomi nasional tanpa pengusaha bisa pincang. Saya mendorong umat Islam semakin membangun budaya wirausaha,” ujarnya.

Dia melihat, dunia wirausaha itu akan menguji karakter muslim menjadi semakin tangguh. Muslim yang berwirausaha akan berani bersaing, semakin lebih baik, lebih cepat, dan menyediakan produk lebih murah.

Dunia usaha, kata dia, tidak mengenal latar belakang agama. Ketika dia menjalankan umrah misalnya, dia melihat sejumlah produk di Arab Saudi yang diperdagangkan seperti peci, ikat pinggang, dan sejenisnya justru 90 persen berasal dari China.

“Karena dagang itu kuncinya bersaing, lebih baik, lebih cepat, dan lebih murah,” pungkasnya.