JAKARTA - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh menerapkan beberapa siasat untuk mengatasi konflik gajah sumatera dengan manusia yang terjadi di sejumlah kabupaten dan kota.
“Saat ini proses penanggulangan konflik terus berjalan, kita terus lakukan upaya-upaya penanganan dengan berbagai strategi,” kata Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto di Banda Aceh, Jumat 26 November.
Dalam upaya mencegah gajah liar masuk ke permukiman dan kebun warga, BKSDA Aceh sudah membangun parit. Tujuannya mencegah gajah masuk serta memasang kalung GPS untuk memantau pergerakan kawanan gajah.
“Selain penggiringan yang memang sudah otomatis kita lakukan dalam upaya penanggulangan secara cepat,” kata Agus dilansir dari Antara.
Ia mengatakan bahwa pemasangan kalung GPS sudah dilakukan pada satu kawanan gajah di Bener Meriah.
"Ke depan akan kita pasang lagi ke kelompok-kelompok gajah liar lain,” katanya.
Menurut dia, konflik antara gajah liar dan manusia masih sering terjadi di wilayah Provinsi Aceh, termasuk di Kabupaten Bener Meriah.
Pada Kamis (25/11), kawanan gajah masuk ke Desa Negeri Antara, Kecamatan Pintu Rime, Kabupaten Bener Meriah.
Petugas Conservation Response Unit (CRU) DAS Peusangan Bener Meriah memperkirakan ada 20 lebih gajah sumatera liar yang berkeliaran di area perkebunan warga di daerah itu.
Selain di Bener Meriah, Agus mengatakan, konflik gajah liar dengan manusia juga masih terjadi di wilayah Kabupaten Aceh Timur, Pidie, Pidie Jaya, dan Aceh Jaya.