Menko PMK Muhadjir Effendy: Ada 76 Juta Rumah Tangga Miskin di Indonesia
Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan hingga saat ini rumah tangga miskin di Indonesia masih tergolong tinggi yakni berkisar 76 juta yang tersebar di berbagai daerah.

"Dan itu berarti masih sekitar 20 persen dari rumah tangga," katanya dilansir Antara, Selasa, 4 Agustus.

Dia mengatakan rumah tangga baru yang miskin, rata-rata berasal dari rumah tangga miskin sebelumnya. Hal itu terjadi karena adanya pernikahan sesama anggota keluarga miskin sehingga muncul keluarga miskin yang baru. Oleh sebab itu, perlu ada upaya pemotongan mata rantai keluarga miskin di Tanah Air.

"Ini penting, karena kemiskinan itu pada dasarnya atau basisnya adalah di dalam keluarga itu sendiri," katanya.

Masih tingginya angka kemiskinan tersebut, kata dia, berimbas pada proses pertumbuhan anak yang akan dilahirkan dari keluarga kurang mampu salah satunya stunting (kekerdilan anak).

Dia mengatakan, berdasarkan penjelasan pakar kesehatan, anak yang sudah stunting maka kemampuan kecerdasannya sudah selesai.

"Ketika orang sudah stunting, itu sudah tidak bisa lagi dibenahi kemampuan kecerdasannya," katanya.

Bahkan, saat ini menurut data Bank Dunia 54 persen angkatan kerja Indonesia dulunya terkena stunting saat masih kecil atau pada masa pertumbuhan. Sehingga hal itu berimbas pada rendahnya kualitas angkatan kerja di Tanah Air.

"Jadi kenapa angkatan kerja kita itu kualitasnya rendah bukan hanya karena intervensi di sektor pendidikan dan kesehatan yang lemah, tapi memang karena asalnya sudah kena stunting," katanya.

Berkaca dari tingginya angka stunting di Indonesia, Muhadjir mengingatkan semua pihak terutama rumah tangga baru agar betul-betul siap dalam menyiapkan generasi emas dengan sebaik-baiknya agar terhindar dari stunting.

Apalagi, saat ini angka stunting di Indonesia masih di atas 20 persen atau berkisar di angka 27 persen. Presiden, katanya, menargetkan angka stunting tersebut bisa di bawah 20 persen sebelum akhir masa jabatannya.

"Saat ini pemerintah belum mengetahui angka persis stunting di Indonesia karena adanya pandemi COVID-19," demikian Muhadjir Effendy.