Galang Dana Lewat Pakaian Bekas yang Menumpuk di Lemari
Suasana Pasar Raia Volume 2 di Taman Suropati (Wadhany Tsa Tsia/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Taman Suropati yang biasanya sepi, kali ini diramaikan oleh alunan musik dari turntable DJ. Puluhan orang juga hilir mudik berjalan masuk ke dalam taman ini. Ada yang sekadar ingin melihat-lihat, ada yang masuk untuk menikmati kudapan dari penjual makanan, tapi ada juga yang sengaja datang untuk ikut garage sale pakaian bekas untuk berdonasi.

Tim VOI kali ini mendatangi sebuah acara yaitu Pasar Raia Volume 2 di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat. Walau cuaca panas dan membuat keringat lengket, namun kami tetap antusias datang ke acara ini. Begitu tiba, kami langsung mendatangi tenda garage sale yang berada di dalam taman.

Tenda ini dihiasi oleh kain perca, yang menurut ketua acara Pasar Raia Volume 2 yaitu Swasti Marsha Hapsari, kain-kain ini berasal dari pakaian bekas yang disumbangkan namun tak layak jual. Rasa penasaran membuncah, kami pun melihat-lihat pakaian yang ada di garage sale tersebut bersama pengunjung-pengunjung lain.

"Bagus nih, tapi ada bolong dikit," kata seorang pengunjung sambil mengangkat baju pilihannya.

"Bisa itu dijahit sedikit," jawab temannya.

Pakaian yang dijual di tenda tersebut beragam. Ada yang berupa baju kaus, kemeja, kaus berkerah, kemeja batik, bahkan celana beludru juga ada di sana. Selain itu, ada beberapa pasang sepatu yang dijual. Baju-baju ditempeli label harga. Berkisar antara Rp5 ribu hingga paling mahal Rp150 ribu.

Setelah puas melihat garage sale, kami pun menemui Swasti sambil duduk di taman yang rimbun. Wanita berusia 22 tahun ini lantas menjelaskan kepada VOI, acara ini diselenggarakan atas prakarsa Sadari Sedari bersama Ibu Ibukota - gerakan yang diprakarsai oleh istri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Fery Farhati Garnis.

ketua acara Pasar Raia Volume 2 yaitu Swasti Marsha Hapsari (Wardhany Tsa Tsia/VOI)

Selain bertujuan memanfaatkan taman, acara ini juga diselenggarakan dalam rangka mencari dana bagi anak-anak asuh komunitas Sadari Sedari yang dirawat oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Nurul Ihsan, Bandung, Jawa Barat. Tak hanya untuk donasi, mereka juga berharap acara ini bisa berkontribusi untuk mengurangi limbah tekstil.

"Kami mengangkat limbah tekstil, fast-fashion yang lagi marak. Kami merasa sebagai anak muda, kami mau berdonasi dan berbagi dengan apa? Ya, mungkin karena banyak yang belum punya duit untuk donasi jadi dengan apa yang kita punya, baju yang ketumpuk," katanya saat ditemui di tempat acara, Sabtu, 30 November.

Swasti menjelaskan kepada kami bagaimana cara mereka mendapatkan baju yang dijual di garage sale. Kata dia, baju-baju ini diperolehnya dari donasi. Dropbox donasi ini, menurut dia diletakkan di berbagai tempat di Jakarta. Salah satunya, Mall Kelapa Gading.

Setelah itu, pakaian sumbangan tersebut kemudian mereka sortir jadi dua bagian. Yang masih layak jual seperti tidak kusam, tidak luntur, melar, dan sebagainya akan dipisahkan dengan pakaian yang tak layak jual.

Para pengunjung menyerbu garage sale di Pasar Raia Volume 2 (Wardhany Tsa Tsia/VOI)

"Kemudian yang tak layak jual ini bakal kami donasikan langsung, misal kayak kemarin kami habis donasikan ke kampung-kampung di pinggiran Jakarta," ungkap Swasti.

Sementara pakaian layak jual selanjutnya akan ditentukan harganya. Untuk kemudian siap dibawa pulang oleh pemilik barunya. Pakaian-pakaian ini, kata Swasti, akan ditentukan harganya lewat beberapa mekanisme penilaian. Misal, baju kaus biasa untuk santai di rumah bisa dihargai sekitar Rp5 ribu hingga Rp10 ribu.

Untuk baju yang lebih bagus, bisa dijual di atas harga tersebut. Apalagi, jika baju tersebut bermerek dan berasal dari lemari publik figur. Dalam gelaran kali ini, Swasti mengatakan, istri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Fery Farhati Garnis dan jajaran lainnya juga ikut berpartisipasi menyumbangkan beberapa bajunya.

Jika di tahun sebelumnya, acara ini bisa meraup dana donasi hingga Rp200 juta, Swasti mengaku tahun ini tak ada target untuk pakaian yang disumbangkan. Namun, dia memastikan donasi yang berasal dari garage sale ini tepat sasaran. Memang bukan untuk membayarkan biaya sekolah, karena para anak asuh komunitas ini menempuh pendidikan di sekolah negeri yang tidak dipungut biaya.

Kata Swasti, donasi ini diberikan kepada anak-anak tersebut dalam bentuk alat tulis, buku, dan untuk biaya pendaftaran 30 anak asuh yang mengikuti pendidikan tambahan atau ekstrakulikuler seperti berenang, sepak bola, atau les lainnya agar mereka mendapat ilmu lain. 

"Kita tahu pentingnya soft skill di hari ke depan buat kita kerja, survive dalam hidup," tutupnya.