Kurangnya Resapan Air dan Ketidaksiapan Infrastruktur Ibu Kota Menghadapi Banjir
TNI yang mengevakuasi warga terdampak banjir (Irvan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Setelah hujan deras yang melanda DKI Jakarta sejak Selasa sore, 31 Desember hingga Rabu, 1 Januari akhirnya sejumlah jalanan dan daerah pemukiman warga digenangi banjir dengan tinggi yang bervariasi.

TMC Polda Metro Jaya, misalnya. Melalui akun Twitter-nya, mereka melaporkan di Jakarta pada Rabu, 1 Januari, banjir ternyata terjadi di beberapa wilayah di Jakarta di antaranya di Perumahan Setneg Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Banjir disebutkan terjadi sekitar pukul 05.00 WIB dengan ketinggian air sekitar 30 hingga 50 cm.

Selain itu, di beberapa wilayah di ibu kota juga terjadi banjir di antaranya di Kampus Borobudur di Jalan Kalimalang, Jakarta Timur dengan ketinggian air diperkirakan mencapai hingga 40 cm. Selain itu, banjir juga terjadi di perumahan warga di Kelurahan Gedong di Pasar Rebo, Jakarta Timur dengan ketinggian air diperkirakan mencapai 30-70 cm.

Banjir juga melanda perumahan warga di Kelapa Molek, Kelapa Gading Timur, Jakarta Utara. Tak hanya itu, kawasan Jalan Bambu Kuning Kelurahan Cengkareng Barat, Jakarta Barat juga dilaporkan terjadi banjir dengan ketinggian air mencapai 50-60 cm.

Berkaca dari sebaran titik banjir tersebut, pengamat tata kota Universitas Trisakti, Nirwono Yoga mengatakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sepertinya tak siap untuk menghadapi banjir yang mungkin saja terjadi mengingat saat ini musim penghujan sudah di depan mata.

Proses evakuasi banjir (Irvan Meidianto/VOI)

"Banjir minggu ini membuktikan Pemprov DKI Jakarta tidak banyak melakukan antisipasi banjir," kata Yoga saat dihubungi VOI, Rabu, 1 Januari.

Tidak adanya antisipasi, Yoga bilang tercermin dari terhentinya program penataan bantaran kali yang terjadi akibat ketidaksepakatan atau perbedaan konsep penanganan normalisasi atau naturalisasi. Selain itu, dia juga mengatakan pembebasan lahan di bantaran kali terhenti walaupun pada bulan Juni tahun 2019 lalu, banjir di pemukiman warga yang ada di bantaran kali juga terjadi.

Bukan hanya tak ada naturalisasi atau normalisasi bantaran kali jelang musim penghujan, Yoga menjelaskan, revitalisasi danau atau situ juga berjalan dengan proses yang lambat.

"Revitalisasi danau, situ, embung, atau waduk berjalan lambat untuk dikeruk dan diperdalam. Bahkan, masih ada kendala pembebasan (lahan) untuk pembangunan waduk baru terhenti," tegasnya.

Dia membantah jika penurunan tanah di Jakarta juga menjadi salah satu biang kerok terjadinya banjir. Menurut Yoga, ada yang luput dari perhatian Pemprov DKI Jakarta saat memasuki musim hujan yaitu saluran air. Menurutnya, dengan banyaknya titik banjir maka ini menunjukkan buruk dan tidak memadainya sistem saluran air di Jakarta.

"Penambahan RTH atau Ruang Terbuka Hijau baru pun tidak signifikan. Ini yang membuat daerah resapan air tidak bertambah banyak. Ini terbukti dari banjir yang melanda Jakarta minggu ini," ujar Yoga.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi hujan bakal terjadi di seluruh wilayah Jakarta pada malam tahun baru.

BMKG memperkirakan Jakarta Pusat dan Jakarta Barat diguyur hujan sedang, Jakarta Timur dan Selatan diguyur hujan disertai petir, di kawasan Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu diperkirakan hujan ringan.

Akibatnya, kenaikan air permukaan di sungai dan juga banjir terjadi di beberapa tempat. BPBD DKI Jakarta memantau, sejak pukul 05:40 WIB sejumlah pintu air telah masuk ke level siaga. Seperti Pintu Air Karet (Banjir Kanal Barat) kini tingginya mencapai 190 cm dan Pintu Air Jembatan Merah (Ciliwung) yang kini statusnya siaga satu.

Selain itu, untuk pintu air yang tercatat sudah masuk ke dalam siaga dua adalah Pintu Air Manggarai yang kini ketinggiannya mencapai 925 cm, Pompa Air Kali Duri (Kalijodo) yang tinggi airnya mencapai 291 cm.

"Pintu Air Marina Ancol (Laut) 190 cm dan siaga 3, Pompa Pasar Ikan (Laut) 171 cm juga siaga tiga, PS Pesanggarahan 188 cm, PS Sunter 186 cm, Pintu Air Istiqlal 291 cm, Pintu Air HEK (Kali Baru Timur) 180 cm siaga tiga," seperti dikutip dari keterangan tertulis BPBD DKI Jakarta, Rabu, 1 Januari.

Sedangkan untuk Bendung Katulampa (Hulu Ciliwung), BPBD DKI Jakarta mencatat ketinggian air normal yaitu dikisaran 40 cm.

Dalam keterangan tertulisnya, BPBD DKI Jakarta juga memberi peringatan dini agar warga di bahwa warga di daerah aliran sungai agar waspada dan siaga jika banjir sewaktu-waktu menerjang.