أنشرها:

YOGYAKARTA - Pola asuh yang tegas dan disiplin perlu dilakukan oleh orang tua. Namun tidak orang tua yang melakukannya secara berlebihan hingga menjadi strict parent. Padahal pola asuh yang terlalu ketat atau penuh batasan ini bisa menimbulkan efek negatif ketika anak semakin besar. Apa saja dampak strict parents pada remaja?

Strict parent adalah orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter kepada anaknya. Biasanya mereka akan membatasi anaknya dan melakukan pengekangan berlebihan dengan tujuan supaya anaknya patuh dan bisa diatur. Orang tua strict parents mengutamakan disiplin, tanggung jawab tinggi, dan ketertiban pada anak. 

Meski terkesan baik, pola asuh ini sebenarnya bisa membuat anak merasa tertekan, stres, hingga depresi. Anak yang tumbuh dalam pola asuh ini, ketika besar bisa menjadi individu yang pembangkang, atau sebaliknya menjadi manja. Penting untuk mengenali dampak strict parents pada remaja agar tidak mengulang pola asuh yang kurang baik ini. 

Dampak Strict Parents pada Remaja

Anak dari keluarga strict parents biasanya akan mendapat batasan ketat, entah dari segi perilaku, menentukan pilihan, berpendapat ataupun cara berpikir, dan sebagainya. Pola asuh yang didapatkan ketika kecil ini akan membentuk karakter atau kepribadiannya ketika remaja. 

Alih-alih tumbuh dengan karakter yang baik atau positif, banyak anak strict parents yang justru menjadi remaja yang kurang baik dalam kehidupan. Berikut ini beberapa dampak strict parents pada remaja yang perlu Anda tahu.

Kesulitan dalam Mengambil Keputusan

Orang tua yang cenderung mengontrol dan mengatur semua aspek kehidupan anak dapat menghalangi perkembangan kemampuan anak dalam membuat keputusan. Anak sering kali tidak diberi ruang untuk merenungkan konsekuensi dari tindakan mereka sendiri.

Strict parents biasanya tidak memberikan kesempatan kepada remaja untuk belajar mengambil keputusan secara mandiri. Segala hal mulai dari aktivitas sehari-hari hingga keputusan besar dalam hidup, dikendalikan oleh orang tua. Hal ini dapat menyebabkan remaja tumbuh menjadi individu yang kurang mandiri dan mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan di masa mendatang.

Tingkat intensitas konflik yang lebih tinggi

Anak-anak yang tumbuh di bawah aturan yang sangat ketat cenderung menunjukkan sikap pemberontakan. Hal ini terjadi karena mereka merasa bahwa aturan yang diterapkan oleh orang tua terlalu mengekang kebebasan mereka atau dianggap tidak adil.

Tidak bisa mengekspresikan diri

Orang tua yang menerapkan pola asuh ketat sering kali memiliki aturan yang kaku dan pengawasan yang sangat intens terhadap anak-anak mereka. Akibatnya, anak merasa tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat, perasaan, atau ide mereka sendiri. Dalam beberapa situasi, terdapat pula orang tua yang menggunakan ucapan kasar sebagai cara untuk mendisiplinkan anak.

Mudah Stres dan Kecemasan Berlebih

Remaja yang dibesarkan dengan pola asuh strict parents sering merasa terbebani oleh ekspektasi tinggi dari orang tua. Tekanan untuk selalu mematuhi aturan dan mencapai standar tertentu dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan depresi. Mereka sering merasa tidak cukup baik atau takut membuat kesalahan, yang pada akhirnya dapat merusak kepercayaan diri mereka.

Hubungan yang Kurang Harmonis

Hubungan antara orang tua dan anak bisa menjadi tegang akibat pola asuh yang terlalu ketat. Remaja mungkin merasa tidak dipercaya atau merasa bahwa kebutuhan dan pendapat mereka tidak dihargai. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan hubungan yang renggang dan kurangnya komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak.

Perilaku Memberontak

Alih-alih menjadi disiplin, remaja yang merasa terkekang oleh aturan yang ketat justru berpotensi memberontak. Mereka mungkin mencari kebebasan dengan melanggar aturan atau melakukan hal-hal yang dilarang oleh orang tua. Perilaku ini bisa menjadi bentuk protes terhadap kontrol yang dirasa berlebihan.

Sulit Bahagia dan Sering Merasa Bersalah

Pola asuh strict parents juga dapat mempengaruhi kesehatan mental remaja. Mereka cenderung merasa terisolasi, tidak bahagia, dan mengalami gangguan emosional seperti rasa bersalah yang berlebihan. Kondisi ini dapat memperburuk kualitas hidup remaja dan menghambat perkembangan sosial mereka.

Kurangnya Kreativitas dan Inisiatif

Dalam lingkungan yang terlalu terkontrol, remaja sulit untuk mengekspresikan kreativitas mereka. Mereka lebih fokus untuk mematuhi aturan daripada mengeksplorasi ide-ide baru. Kurangnya kebebasan ini dapat membatasi perkembangan kemampuan berpikir kritis dan inovatif mereka.

Demikianlah beberapa dampak strict parents pada remaja yang perlu dikenali oleh para orang tua, khususnya bagi yang baru saja memiliki anak. Pola asuh yang terlalu ketat tidak baik karakter atau kepribadian anak. Oleh sebab itu, terapkan ketegasan dan disiplin sewajarnya, dengan tetap memberi kebebasan pada anak. Baca juga ciri-ciri orang tua overprotektif pada anak

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI. Kami menghadirkan info terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)