YOGYAKARTA - Kekurangan oksigen di otak biasa dikenal dengan istilah hipoksia serebral. Perihal ini dapat jadi sangat beresiko mengingat otak ialah organ penting untuk kelangsungan hidup seseorang. Lantas, kira-kira apa yang terjadi jika otak kekurangan oksigen?
Kemudian apa saja hal yang bisa menimbulkan kekurangan oksigen di otak? Apakah hal ini dapat dicegah? Lalu bagaimana bila telah terlanjur mengalaminya? Ayo ikuti pembahasan lengkapnya berikut ini!
Apa Itu Kekurangan Oksigen di Otak?
Keadaan ini berlangsung pada saat otak tidak menemukan asupan oksigen dalam jumlah yang sepatutnya. Ini dapat berlangsung walaupun aliran darah ke dalam otak senantiasa berjalan normal.
Menurut Medical News Today, keadaan termasuk situasi darurat sebab dapat mengecam jiwa seseorang.
Apa yang Terjadi Jika Otak Kekurangan Oksigen
Sel-sel di otak butuh oksigen buat bisa berperan dengan baik. Tetapi, sebab beberapa faktor berikut, asupan oksigen ke otak dapat terhambat, contohnya:
- Gangguan pernapasan, semacam acute respiratory distress syndrome, asma, bronkhitis, penyakit paru obstruktif kronis, penyakit paru interstisial, pneumonia, pneumothorax, emboli paru, edema paru, fibrosis paru
- Gangguan jantung, semacam penyakit jantung bawaan, gagal jantung kongestif
- Efek samping obat, contohnya narkotika, anestesi
- Anemia, dan sebagainya
Terhambatnya asupan oksigen ke otak dapat membuat sel otak tidak dapat menjalankan peranan sebagaimana mestinya. Pada tahap awal, bisa jadi tidak timbul keluhan yang mengusik. Tetapi, seiring bertambah parahnya keadaan ini, maka pengidap dapat mengeluhkan nyeri kepala, pusing, sesak, jantung berdebar, kebingungan mental, pandangan gelap, susah fokus, mengantuk, sampai alami penurunan kesadaran.
Supaya bebas dari keadaan di atas, yang perlu Kalian jalani yakni giat olahraga, tertib makan makanan bergizi balance, minum paling tidak 2 liter air sehari, tidak sembarangan mengkonsumsi obat maupun herbal, hindari rokok serta alkohol, dan langsung periksakan diri ke dokter bila alami tanda-tanda kekurangan oksigen seperti yang sudah kami sebutkan di atas.
Siapa yang Lebih Berisiko Alami Gangguan Ini?
Pada dasarnya seluruh orang mempunyai resiko terserang gangguan ini. Tetapi ada beberapa golongan orang yang mempunyai resiko lebih besar, di antaranya:
1. Atlet serta Profesi Tertentu
Berolahraga semacam tinju, menyelam, ataupun mendaki gunung, merupakan kegiatan yang mempunyai resiko besar membuat pelakunya terserang hipoksi serebral.
Orang yang mempunyai profesi semacam pemadam kebakaran terpapar resiko yang lebih besar atas kendala ini.
2. Pengidap Penyakit Tertentu
Sebagian tipe penyakit seperti asma, serangan jantung, hipotensi, kelainan paru- paru, ataupun sakit otot, pula sangat rentan membikin seorang terjangkit gangguan ini.
Penanganan kekurangan Oksigen di Otak
Keadaan ini wajib lekas diatasi supaya aliran oksigen bisa segera masuk ke dalam otak. Ada pula langkah penanganannya bakal tergantung pada pemicu serta tingkatan keparahan yang berlangsung.
Misalnya bila kalian alami hal ini karena mendaki gunung, kalian dianjurkan buat lekas kembali ke dataran rendah. Pada kasus tertentu yang lebih berat, biasanya tenaga kedokteran bakal mengenakan alat bantu pernapasan buat menanggulangi situasi ini.
Tidak hanya melaksanakan penanganan terhadap otak, umumnya jantung pula jadi organ yang mendapat perhatian spesial dalam keadaan ini.
Bisakah Hipoksi Serebral Dicegah?
Kalian bisa menghindari hal ini berlangsung dengan memantau keadaan kesehatanmu secara berkala. Temui dokter apabila tekanan darah dirasa sangat rendah, serta siapkan obat hirup setiap saat bila kalian mempunyai riwayat asma.
Jauhi bepergian ke wilayah dengan ketinggian tertentu. Bila tanpa diprediksi kalian terjebak kebakaran, lekas lakukan cardiopulmonary resuscitation ataupun CPR sebelum kondisimu semakin jelek.
Selain itu kalian juga bisa mengetahui; “5 Penyebab Pendarahan Otak” pada artikel kami agar lebih waspada lagi kedepannya.
Jadi setelah mengetahui apa yang terjadi jika otak kekurangan oksigen, simak berita menarik lainnya di VOI.ID, saatnya merevolusi pemberitaan!
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)