Waduh, Industri Ritel Dalam Negeri Diprediksi Bakal Stagnan Usai Idulfitri
JAKARTA - Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) memprediksi pertumbuhan industri ritel akan mengalami stagnasi usai perayaan Hari Raya Idulfitri 2024 mendatang.
Hal ini karena tingkat okupansi yang tak kunjung pulih seperti sebelum pandemi COVID-19.
Ketua Umum APPBI Alphonzus Widjaja menjelaskan, tingkat okupasi di mal atau pusat perbelanjaan secara nasional rata-rata 90 persen lebih di 2019.
Namun, di tahun 2020 dan 2021 tingkat okupansi jatuh ke angka 20 persen imbas pandemi COVID-19.
“Sehingga, hanya tersisa rata-rata nasional kurang lebih sekitar 70 persen,” kata Alphonzus dalam sambutannya di acara Seminar & Rakernas APPBI 2024 di The Langham Hotel, Jakarta, Rabu, 31 Januari.
Alphonzus bilang, di tahun 2023 angkanya pun mengalami peningkatan yang hampir menyentuh 80 persen.
Ia pun khawatir akan bisa turun dari 80 persen.
“Yang kami maksud dengan stagnasi tidak akan bergerak dari 80 persen, bahkan khawatir bisa turun dari 80 persen. Jadi di 2024 ini kemungkinan maksimal hanya bisa 80 persen. Mudah-mudahan tidak turun,” ucapnya.
Meski begitu, Alphonzus bilang pelaku usaha ritel sempat optimistis tingkat okupansi atau keterisian toko di pusat perbelanjaan bisa kembali menyentuh 90 persen di tahun ini seperti saat 2019.
Namun, sambung Aplhonzus, akibat adanya situasi yang mengkhawatirkan, APPBI merevisi target tersebut dan mengungkap industri ritel RI bisa mengalami stagnasi usai Idulfitri 2024.
Adapun situasi mengkhawatirkan yang dimaksud APPBI yakni peritel menghambat dalam membuka toko baru karena terimbas dari peraturan pembatasan impor yang dibuat pemerintah.
اقرأ أيضا:
Aturan tersebut, kata Alphonzus, malah membatasi impor legal yang secara prosedur jelas dan membayar pajak secara benar.
Sementara pemerintah tidak ada langkah konkret dalam menutup celah impor ilegal.
“Pemerintah sampai sekarang tidak pernah menyampaikan ada langkah mengurangi barang ilegal. Adanya hanya pengetatan barang impor,”ujar Alphonzus.
Kerena kondisi ini, kata Alphonzus, pembukaan mal atau pusat pembelanjaan baru dalam dekat ini, tingkat okupansinya tidak akan tinggi, bahkan target bisa tidak tercapai.
“Dalam waktu dekat akan ada mal buka, saya yakin tingkat okupansinya tidak tinggi. Bahkan target bisa tidak tercapai. Kita prediksi akan ada stagnansi,” tuturnya.