Hasil Nekropsi BBKSDA Riau, Harimau Sumatera Tewas Karena Depresi, Dehidrasi dan Infeksi Pada Kaki Kiri
RIAU - Berdasarkan hasil nekropsi yang dilakukan Tim medis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, harimau sumatera yang ditemukan mati di Desa Tanjung Leban, Kecamatan Bandar Laksamana, Kabupaten Bengkalis karena luka dan depresi.
"Dari pemeriksaan yang dilakukan sejak Minggu kemarin dimulai pukul 18.30 WIB dan selesai pukul 21.00 WIB, didapatkan hasil harimau diprediksi telah mati lebih dari 24 jam," kata tim medis BBKSDA Riau drh Danang pada media di Pekanbaru, Antara, Selasa, 19 Oktober.
Plt Kepala BBKSDA Riau, Fifin Arfiana Jogasara menyebutkan, hasil ini didapat setelah dilakukan pemeriksaan nekropsi dan pemeriksaan secara patologi anatomi.
"Penyebab kematian satwa tersebut diduga karena depresi, dehidrasi berat, kekurangan nutrisi, serta infeksi pada kaki depan sebelah kiri," katanya.
Selain itu, katanya, harimau berjenis kelamin betina ini diketahui masih remaja. "Tim medis mendapati harimau tersebut belum pernah melahirkan," katanya.
Harimau tersebut terukur dengan panjang tubuh kepala hingga ujung ekor 190 sentimeter. Dengan panjang badan 103 sentimeter, tinggi 91 sentimeter, lingkar dada 86 sentimeter dan panjang ekor 74 sentimeter.
Baca juga:
- Miris! Harimau Sumatera yang Kena Perangkap BKSDA Kaki Luka dan Badannya Kurus
- Harimau Sumatera yang Tewaskan Dua Warga di Merangin Jambi Berhasil Ditangkap
- Masyarakat Ketakutan, Bupati Merangin Minta BKSDA Tangkap Harimau yang Terkam Warga Hingga Tewas
- Risma Jadi Sorotan Gara-gara Marah-marah Terus, Putra Sulung Mensos: Ndak Usah Kaget, di Rumah juga Seperti Itu
Sebelumnya, pada Minggu, 17 Oktober pagi, harimau betina ini ditemukan dalam kondisi sudah menjadi bangkai. Pertama kali ditemukan ada tali seling yang melilit pada bagian kaki depan sebelah kiri.
"Diperkirakan individu harimau tersebut terjerat lebih dari 5 hari dan sudah mati kurang dari 24 jam," kata Fifin.
Harimau itu ditemukan mati di areal hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK). Kemudian, pihaknya segera mengevakuasi satwa tersebut ke klinik satwa BBKSDA Riau di Pekanbaru untuk dilakukan nekropsi.
"Nekropsi dilakukan untuk mengetahui penyebab dan perkiraan telah berapa lama harimau tersebut mati," demikian Fifin Arfiana Jogasara.