Pahit Pandemi, Upaya Muda Mudi Pulihkan Ekonomi Menuju Jatim Bangkit 

SURABAYA - Pemulihan ekonomi menjadi fokus pemerintah di tengah pandemi COVID-19, tak terkecuali ekonomi keluarga. 

Seperti yang dilakukan oleh Muhammad Fathurrozi, 36, warga Desa Tawangsari, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. 

Ayah satu anak itu berhasil menyulap kertas menjadi paper bag. Hasilnya, paperbag yang dijualnya kebanjiran order. Pemesannya mulai dari Sabang sampai Meraoke. 

Semula, Fathurrozi harus memutar otak agar kertas bisa menghasilkan benih-benih rupiah. Mulai membaca banyak artikel sebagai refrensi, hingga mencari peluang bisnis di media sosial (medsos). 

"Awalnya bingung mau jualan apa, tapi setelah mendapat banyak referensi di medsos. Saya akhirnya coba jualan paper bag," kata Rozi, sapaan akrabnya, Jumat, 24 September.

Rozi mengaku pandemi COVID-19 membawa dampak positif pada usahanya. Semula ia menjual produknya ke toko-toko, lembaga dan instansi. Namun mendadak berhenti total akibat dampak pandemi COVID-19. Akhirnya dia coba menjual melalui online shop di salah satu aplikasi.

"Saya sempat bingung karena paper bag tidak terjual, sementara saya harus menggaji pekerja," kata Rozi.

Rozi mengaku harus memutar otak agar tidak merumahkan sekitar 40 pekerjanya, yang bertugas melipat manual paperbag. Ia pun tak punya uang cukup untuk membayar pekerja, dan kebutuhan operasional produknya.

"Akhirnya saya terpaksa memberanikan diri pinjam uang Rp100 juta ke bank, melalui program dana bergulir (dagulir) kredit murah dengan bunga 3 persen," katanya.

FOTO AM Sby/VOI

Rozi bersyukur adanya program dagulir Pemprov Jatim. Sebab, usahanya kembali survive, bahkan ia kewalahan menerima order paper bag yang kini dijual secara online, kerjasama dengan beberapa aplikasi online shop.

"Alhamdulillah produk paperbag lebih banyak saat ada wabah COVID-19 dibanding sebelumnya," katanya.

Demikian juga Qurratun Aini, 26, warga Desa Kepuh Teluk, Kecamatan Tambak, Kabupaten Gresik, yang memanfaatkan pandemi covid-19 untuk jualan online. Ia membuat kerajinan tangan rainbow macreme, yang kemudian dijual melalui onlineshop. 

"Sebenarnya coba-coba, lebih kepada memanfaatkan pandemi COVID-19, banyak orang yang jualan online," kata Een, sapaan akrabnya. 

Ibu satu anak itu mengaku tidak sulit untuk mendapatkan uang, asalkan ada kemauan besar untuk usaha. Apa yang dilakukannya tidak butuh biaya banyak, cukup membeli bahan berupa benang warna-warni untuk membuat rainbow macreme. 

"Ternyata banyak juga peminatnya, awalnya yang pesan cuma dua sampai tiga orang, sekarang ada puluhan pemesan per hari," katanya. 

Dia membanderol harga sebesar Rp13 - Rp15 ribu per produk, tergantung besar dan kecilnya. Saat ini, omsetnya mencapai Rp100 hingga Rp500 ribu per hari, dari sebelumnya sekitar Rp100 ribu. "Alhamdulillah, lumayan buat tambah-tambah. Dari pada menganggur di rumah, sekarang saya coba tekuni pelan-pelan," ujarnya. 

Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, mengaku terus berupaya untuk memulihkan ekonomi. Mengingat menurunnya perekonomian Jatim, dampak secara nasional. Penyebab lainnya, karena mitra kerja Pemprov Jatim dengan provinsi lainnya juga menurun.

"Ketika daya beli mereka tinggi, pasti akan memberikan signifikansi terhadap pertumbuhan ekonomi Jatim. Tapi kalau dayabeli mereka rendah, maka juga akan berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi Jatim," kata Khofifah. 

Sejumlah sektor yang mengalami penurunan, yakni pertumbuhan sektor perdagangan Jatim menurun dari 6,29 persen menjadi 6,04 persen tahun ini. Kemudian kontribusi sektor industri pengolahan juga melemah dari 7,55 persen pada 2018 menjadi 6,8 persen tahun ini.

Sementara kinerja sektor peternakan Jatim terhadap Nasional, salah satunya soal populasi sapi menuju swasembada daging berkontribusi 28 persen terhadap nasional. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Jatim juga cukup solid, yakni masih diatas rata-rata nasional 5,04 persen. 

"Makanya kita terus berupaya meningkatkan kegiatan ekonomi UMKM, karena dari sisi kredit UMKM di Jatim jauh lebih kuat dari korporasi," ujarnya.

Khofifah menyebutkan tentang penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp190 triliun di tahun 2020 dengan bunga 6 persen, yang kemudian akan disalurkan oleh bank yang beroperasi di Jatim. Harapannya, para pelaku UMKM dan wirausaha baru, bisa menyerap dana kredit murah tersebut. 

"Saya yakin sektor UMKM ini yang akan bisa memberikan daya dukung terhadap bangkitnya perekonomian di Jatim," kata Khofifah.

Tak hanya itu, Khofifah juga menyiapkan anggaran sekitar Rp454.26 milliar untuk membangkitkan perekonomian pada sektor UMKM. Anggaran ratusan miliar itu diperuntukkan sebagai penguatan kelembagaan, fasilitasi pemasaran, penguatan akses pembiayaan, penguatan produksi restrukturisasi usaha, serta penguatan SDM koperasi usaha kecil dan menengah (KUKM).

Anggaran itu juga termasuk bantuan dana melalui program dana bergulir (dagulir). Ini merupakan program bantuan pembiayaan kredit lunak, untuk meningkatkan dan memperluas akses pembiayaan kepada usaha produktif, menanggulangi kemiskinan, pengangguran, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Ada empat skema kredit bergulir ini, yakni kredit modal kerja senilai Rp300 juta dengan bunga 3, 4, hingga 6 persen. Lalu kredit investasi sebesar Rp500 juta dengan bunga 6 persen, kemudian kredit petik, olah, kemas, jual, sebesar Rp10 miliar dengan bunga 6 persen.

Terakhir kredit untuk industri kecil dan menengah (IKM) sebesar Rp50 juta dengan bunga 4 persen. Program degulir ini telah memfasilitasi sekitar 17.038 pelaku usaha, dan telah menyerap sebanyak 36.312 tenaga kerja di Jatim.

Sementara dagulir yang telah disalurkan sepanjang pandemi COVID-19 ini mencapai Rp12,83 miliar kepada 55 debitur. Kata Khofifah, ini adalah program penyaluran permodalan bagi para pelaku usaha, untuk pemulihan ekonomi di Jatim. 

"Ada 9,8 juta pelaku UMKM di Jatim, ini jadi bagian penting dari PR kita bersama untuk mendorong mereka terus tumbuh. Salah satunya dengan memberikan dana bergulir baik dari BPD Jatim maupun dari pemerintah pusat," katanya.

Namun, Khofifah menganggap anggaran itu tidak cukup tanpa keterlibatan peran, serta semua elemen strategis untuk mendongkrak kebangkitan UMKM.

Untuk itu, Khofifah meminta bupati/wali kota se-Jatim untuk memaksimalkan realisasi APBD, guna mendorong UMKM agar bisa kembali survive di tengah krisis ekonomi. 

Khofifah optimistis perekonomian Jatim bakal bangkit, dengan mengikutsertakan peran UMKM secara lebih dominan. Apalagi UMKM terbukti sebagai tulang punggung perekonomian di Jatim, dengan kontribusi mencapai 54 persen dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim.

"Memaksimalkan realisasi anggaran pada situasi sekarang ini sangat penting, utamanya untuk mendorong sektor UMKM di lingkungan kabupaten/kota di mana bupati/wali kota menjadi komandannya," ujarnya.