Indonesia Bakal Punya 8 Unit Helikopter Militer Canggih MV-22 Osprey

JAKARTA - Indonesia akan menambah sejumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia baru. Salah satunya adalah pesawat angkut militer jenis MV-22 Block C Osprey yang dibeli dari Amerika Serikat (AS). 

Berdasarkan keterangan resmi dari Defense Security Cooperation Agency (DSCA), yang dikutip VOI, Departemen Luar Negeri AS telah menyetujui penjualan sejumlah aset alat utama sistem senjata (alutsista) ke pemerintah Indonesia. Total belanja militer Indonesia diperkirakan mencapai 2 miliar dolar AS atau sekitar Rp28,76 triliun. 

"Usulan penjualan ini mendukung kebijakan luar negeri dan keamanan nasional AS dengan meningkatkan kemampuan pertahanan negara mitra untuk menjaga stabilitas Asia-Pasifik," demikian keterangan tertulis dari DSCA, Rabu, 8 Juli.

Penjualan pesawat ini, merupakan bagian dari program penjualan persenjataan skala besar AS. Tak hanya membeli delapan unit helikopter Osprey, pemerintah Indonesia juga mengajukan paket belanja militer lainnya, termasuk sparepart dan program pelatihan operasional.

DSCA menyatakan belanja militer tersebut akan membantu meningkatkan kemampuan Indonesia dalam penanganan bencana dan mendukung operasi militer. Usulan penjualan peralatan ini juga disebut tidak akan mengubah keseimbangan militer di kawasan.

"Tidak akan ada dampak buruk pada kesiapan pertahanan AS sebagai hasil dari usulan penjualan ini," tulis DSCA.

Helikopter MV-22 Block C Osprey (dok. Bell)

Mengutip The Drive, jika rencana pembelian ini berjalan mulus, Indonesia akan menjadi negara kedua di luar AS yang mengoperasikan MV-22 Osprey, setelah Jepang. Terlebih spesifikasi helikopter MV-22 Osprey dinilai sangat cocok dengan kondisi alam di Indonesia.

Helikopter buatan Bell ini dirancang khusus untuk infiltrasi jarak jauh, exfiltrasi dan logistik militer. Pesawat ini mampu lepas landas dan mendarat vertikal, dengan daya jelajah 500 nautical miles atau 926 Kilometer (Km).

Selain kepada Indonesia, AS juga menjual alutsista kepada empat negara lain, yakni Perancis, Israel, Lithuania, dan Argentina. Total penjualan senjata ini bernilai sekitar 75 miliar dolar AS.