BSD, Pengembang Properti Milik Konglomerat Eka Tjipta Widjaja Raup Marketing Sales Rp4,5 Triliun di Semester I 2021

JAKARTA - Pengembang properti, PT Bumi Serpong Damai Tbk atau BSD, sudah meraih marketing sales atau prapenjualan mencapai Rp4,5 triliun di semester I 2021. Pencapaian tersebut sudah 65 persen dari target yang ditetapkan emiten berkode saham BSDE ini.

Sebagai informasi, perusahaan milik mendiang konglomerat Eka Tjipta Widjaja ini menargetkan marketing sales Rp7 triliun di sepanjang 2021. Hermawan Wijaya, Direktur BSDE mengatakan, perseroan berhasil membukukan prapenjualan di segmen residensial sebesar Rp3 triliun atau berkontribusi 67 persen atas total pencapaian.

"Sisanya dikontribusikan dari segmen komersial yang mencapai Rp1,2 triliun atau merepresentasikan 26 persen dari total pencapaian, yang terdiri dari kavling komersial yang sebagian besar dijual di BSD City sebesar Rp452 miliar, strata title (apartemen/kondominium) sebesar Rp304 miliar dan ruko sebesar Rp411 miliar," kata Hermawan dalam acara Public Expose Live, yang diselenggarakan Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa 7 September.

Pengembangan vertikal yang terjual sebagian besar didukung oleh The Elements di Rasuna CBD Jakarta, Southgate di TB Simatupang, Aerium Jakarta Barat dan unit apartemen di BSD City. Sedangkan ruko sebagian besar disumbang oleh proyek TabeSpots, Virginia Arcade dan West Park di BSD City.

Hermawan menambahkan, BSD City - Serpong tercatat sebagai proyek dengan kontribusi tertinggi yakni 48 persen, diikuti Nava Park (23 persen). Kontributor lapis kedua dihasilkan dari Grand Wisata (8 persen), The Zora (7 persen), Legenda Wisata (3 persen) dan Kota Wisata (3 persen).

Kinerja Keuangan Tumbuh Solid

Pada enam bulan pertama 2021, kinerja keuangan BSDE turut menampilkan kinerja yang impresif. Pendapatan Usaha sepanjang enam bulan pertama tumbuh 39,20 persen atau mencapai Rp3,25 triliun jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,34 triliun.

Jika dirinci lebih lanjut, angka tersebut bersumber dari berbagai segmen usaha yang dimiliki BSDE. Tercatat, segmen perumahan berkontribusi sebesar 36 persen atau terbesar, kemudian segmen penjualan tanah berada di peringkat dua dengan kontribusi 31 persen, komersil 11 persen, penyewaan 11 persen, manajemen properti 5 persen dan konstruksi 4 persen.

Lainnya hotel dan arena rekreasi masing-masing berkontribusi 1 persen terhadap total pendapatan usaha. Jika digabung, tanah, bangunan dan strata title tercatat berkontribusi sebesar 79,04 persen terhadap konsolidasi Pendapatan Usaha BSDE. Segmen ini pada enam bulan pertama, mencatat pendapatan Rp2,57 triliun, tumbuh signifikan 47,22 persen dibandingkan triwulan 2 2020 lalu yakni sebesar Rp1,75 triliun.

Segmen pendapatan sewa tercatat sebagai kontributor terbesar kedua dengan pencapaian sekitar 11,23 persen atau setara dengan Rp365,32 miliar. Sedangkan periode yang sama tahun 2020, segmen ini tercatat meraih Rp417,36 miliar.

Tambahan signifikan lain hadir dari segmen kontruksi, tahun lalu segmen ini belum berkontribusi terhadap pendapatan konsolidasian BSDE. Pada semester I 2021, segmen konstruksi berkontribusi sebesar Rp151,47 miliar. Hal ini tidak lepas dari dimulainya pekerjaan konstruksi jalan tol yang dikerjakan oleh Entitas Anak yang 100 persen sahamnya dimiliki oleh BSDE.

"Proyek tol ini merupakan investasi BSDE untuk meningkatkan pendapatan berulang (recurring revenue). Selain akan memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan di masa mendatang, penyelesaian ruas tol ini akan meningkatkan akses terhadap proyek properti yang kami miliki. Sehingga pemilik hunian akan semakin mudah mengakses dan meningkatkan nilai properti yang mereka miliki," jelas Hermawan.

Solidnya pertumbuhan angka pendapatan usaha berimbas positif pada kinerja laba. Laba kotor tumbuh 36,35 persen menjadi Rp2,19 triliun jika dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu sebesar Rp1,60 triliun.

"Apabila kami rinci berdasarkan jenis pendapatan, pendapatan dari pembangunan (development revenue) berkontribusi sebesar 78 persen, sedangkan pendapatan berulang (recurring revenue) sebesar 22 persen dari total Pendapatan Usaha Konsolidasian," tambah Hermawan.

Sedangkan laba usaha melonjak 129,48 persen menjadi Rp1,12 triliun dibandingkan tahun lalu sebesar Rp488,74 miliar. Bahkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada enam bulan pertama tercatat Rp680 miliar, berbalik dari rugi Rp192,68 miliar di semester I 2020.