Akar Sejarah Eyeliner yang Dahulu Disebut Kohl: Kebutuhan Manusia Merias Matanya

JAKARTA - Eyeliner merupakan salah satu barang kecil yang menjadi bagian dari kehidupan perempuan. Tidak semua perempuan, memang. Namun, bagi perempuan yang wajib mengenakan riasan wajah untuk alasan tertentu, pasti terasa ada yang kurang jika tidak mengenakan riasan untuk mata ini.

Hal itu dikarenakan mata adalah bagian dari wajah yang sangat rentan terhadap perubahan tata rias. Bahkan perubahan atau warna atau bentuk terkecil pada mata dapat secara dramatis meningkatkan penampilan dan meningkatkan kepercayaan diri. Namun, tahukah kamu akar budaya mempercantik mata telah dimulai jauh sebelum zaman Mesir Kuno? 

Pada 1912, ahli sejarah Mesir asal Jerman bernama Ludwig Borchardt menemukan patung Ratu Mesir Kuno Nefertiti di Amarna, Mesir. Rupa Nefertiti yang memiliki leher jenjang, bertulang pipi tinggi, serta fitur simetris yang sempurna membuat seluruh dunia terpikat. Kecantikan Nefertiti tak terbantahkan.

Daya tarik patung Mesir Kuno pada umumnya menyebabkan tren yang mendorong eyeliner ke abad ke-20, di mana orang-orang meniru garis hitam tebal yang menguraikan mata berbentuk almond, seperti yang ada pada mata Nefertiti. Garis hitam yang membentuk mata indah Nefertiti adalah dari goresan yang disebut kohl, atau yang kini tren disebut eyeliner.

Patung Nefertiti (Sumber: Wikimedia Commons)

Kohl ternyata sudah ada pada 3100 SM, jauh sebelum masa pemerintahan Nefertiti. Melansir Vice, sejarawan juga menemukan bukti penggunaan kohl dan zat seperti eyeliner lainnya pada masyarakat kuno di kalangan orang Romawi, orang Kanaan di Levant, orang Yunani Kuno, dan banyak lagi.

Selain itu, pada masa Mesir Kuno, penggunaan kohl juga tidak terbatas hanya untuk kaum perempuan. Para laki-laki pun menggunakannya. Hal tersebut dikarenakan adanya alasan budaya untuk menghormati dewa. Bagi masyarakat Mesir Kuno, untuk menghadap dewa harus bisa tampil secantik atau setampan mungkin.

Selain itu, penggunaan kohl juga untuk mengurangi efek sinar matahari yang kerap membuat mata sedikit berair karena perih. Bahkan, kohl saat itu juga untuk menjaga kebersihan karena kohl pada zaman tersebut diketahui mengandung antibakteri.

Baik orang Mesir yang miskin dan kaya, saat itu mengenakan kohl. Komposisi dan kilau yang terpancar dari kohl dapat membedakan status sosial masyarakat. Meski kerajaan Mesir Kuno runtuh, kohl tidak kehilangan peminatnya, bahkan hingga hari ini.

Saat ini, di beberapa daerah di India, Pakistan, Afrika, dan Timur Tengah, kohl dengan formula yang mirip dengan yang digunakan pada zaman Mesir Kuno masih digunakan untuk menghiasi mata. Sebutan populer lainnya adalah celak.

Menuju era modern

Momen yang memulai eyeliner dengan versi modern datang pada 1920. Pada saat itu banyak wanita telah meninggalkan mode era Victoria. Di Era Victorian, orang yang menggunakan riasan terlalu kentara kerap dianggap sebagai pekerja seks. Namun, setelah budaya tersebut pudar, kaum perempuan mulai memeluk mode baru yang dipicu oleh para penari balet, aktor panggung, musisi dan fotografi.

Perusahaan kosmetik melihat penemuan baru muncul setiap bulan dengan semakin banyaknya populasi perempuan yang siap dan mau mencoba apa pun demi tampak seperti aktris. Saat yang tepat ketika eyeliner mulai populer adalah pada 1922, yaitu setelah arkeolog Inggris bernama Howard Carter dan George Herbert menemukan barang Mesir Kuno.

BACA JUGA:


Makam Tutankhamun ditemukan dengan semua kekayaan dan barang seninya yang utuh. Liputan dunia tentang penemuan tersebut juga memperkenalkan eyeliner Mesir Kuno ke barat, yang mana langsung diterima di dunia perkosmetikan.

Era 1970-an melahirkan beberapa jenis mode baru. Eyeliner digunakan dengan cara baru. Mode punk dan gothic mengandalkan efek mata yang dramatis banyak digandrungi. Dan eyeliner, bersama eye shadow dan maskara adalah beberapa produk kosmetik yang paling banyak digunakan. Pada akhir abad ke-20, subkultur emo mempopulerkan eyeliner bahkan untuk laki-laki.