Jerman Mungkin Kembali Lockdown setelah COVID-19 Muncul dari Pabrik Pengolahan Daging

JAKARTA - Pemilik pabrik pengolahan daging terbesar di Eropa dimintai pertanggungjawaban atas wabah massal COVID-19. Pabrik tersebut diketahui menyebabkan lebih dari 1.500 pekerjanya positif COVID-19, kata Menteri Ketenagakerjaan Jerman Hubertus Heil.

Hubertus Heil mengatakan seluruh wilayah telah "disandera" akibat kegagalan pabrik dalam melindungi karyawannya. Sebagian besar karyawan pabrik daging tersebut berasal dari Rumania dan Bulgaria.

Melansir The Guardian, Selasa, 23 Juni, reproduksi COVID-19 di Jerman atau R rate naik ke 2,88 selama akhir pekan. Sebagian besar kasus akibat dari wabah di pabrik pengolah daging yang terletak di North Rhine-Westphalia (NRW) itu.

Sekitar 7.000 orang telah dikarantina sebagai akibat dari wabah itu. Sekolah-sekolah dan taman kanak-kanak di wilayah yang telah dibuka kembali secara bertahap terpaksa kembali ditutup sampai setidaknya setelah liburan musim panas.

Otoritas kesehatan menuduh Tönnies, pabrik pengolahan daging tersebut, melanggar peraturan jarak fisik yang diperkenalkan untuk meminimalisasi penularan COVID-19. Pihak berwenang mengatakan Tönnies juga enggan memberi detail kontak pekerja, yang diduga menghambat pelacakan, penelusuran pekerja, dan kontak mereka.

Pihak Tönnies beralasan mereka harus mematuhi undang-undang perlindungan data Jerman yang ketat. Clemens Tönnies, CEO perusahaan yang menaungi pabrik tersebut, mengadakan konferensi pers pada akhir pekan lalu. Ia ia meminta maaf atas manajemen krisis perusahaannya dan mengatakan akan bertanggung jawab penuh atas apa yang telah terjadi. Namun ia mengesampingkan pilihan pengunduran diri.

Menteri Hubertus Heil mengatakan kepercayaan pada perusahaan itu "benar-benar nol". Ia menuduh pihak pabrik tidak hanya membahayakan para pekerjanya tetapi juga kesehatan masyarakat secara umum. Pihak berwenang di wilayah tersebut mempertimbangkan untuk memberlakukan jam malam di sekitar pabrik dalam upaya menghentikan penyebaran virus lebih lanjut.

NRW merupakan negara bagian terpadat di Jerman dan memiliki populasi 17,93 juta populasi. Menteri Presiden NRW Armin Laschet mengatakan bahwa ia mungkin harus melakukan lockdown. "Pilihan itu tidak bisa dikesampingkan saat ini," katanya.

“Kami telah menutup sekolah dan taman kanak-kanak, yang merupakan tahap pertama dalam suatu penutupan, dan kami akan memeriksa langkah-langkah lain dalam beberapa hari mendatang,” tambah Laschet.

Pukulan psikologis besar warga NRW dapat dimaklumi. Hal tersebut dikarenakan warga di area Jerman lainnya dalam kondisi menyesuaikan diri atas pelonggaran aturan lockdown atau kenormalan baru, dalam beberapa minggu terakhir. Menteri Heil mengatakan dia bisa memahami "tingkat kemarahan" di wilayah NRW yang justru harus kembali menjalani penutupan ketat.

Baca juga:

Berbagai upaya sedang dilakukan untuk menahan wabah dengan harapan dapat terbatas pada pekerja pabrik. Pabrik tersebut pun telah ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut. Otoritas kesehatan telah dikirim ke kota-kota dan masyarakat di daerah sekitarnya untuk melakukan tes. Anggota keluarga pekerja pabrik juga sudah melakukan pengujian COVID-19.

Namun belum semua hasil tes yang dilakukan untuk pegawai pabrik diketahui hasilnya, sehingga jumlah kasus diperkirakan akan terus meningkat. Sebanyak 21 orang telah dirawat di empat rumah sakit. Selain itu, enam orang yang mana lima di antaranya adalah pegawai pabrik, telah dirawat intensif. Dua di antaranya menggunakan ventilator. 

Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn, mengatakan insiden itu menggambarkan pentingnya menghentikan rantai penularan sebelum lepas kendali. Dia mendesak pihak berwenang untuk memastikan karyawan pabrik daging tersebut mematuhi aturan karantina dan mencegah penularan merembet ke seluruh Jerman. Jerman sendiri memiliki sekitar 6.100 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi dan 9.058 orang di antaranya meninggal dunia.