Taliban Kembali Berkuasa, DPR Harap Hubungan Bilateral Afghanistan-Indonesia Tetap Terjaga

JAKARTA - Komisi I DPR RI berharap proses integrasi dan transisi pemerintahan Afghanistan usai Taliban menguasai Istana Kepresidenan di Kabul dapat berlangsung cepat, guna menghindari kerugian masyarakat.

"Indonesia berharap ada solusi integrasi dan transisi yang baik di sana, tidak terjadi konflik yang merugikan masyarakat," ujar Anggota Komisi I DPR Bobby Rizaldi, Rabu, 18 Agustus.

Politikus Golkar ini pun menyoroti gaya komunikasi Taliban. Di mana setelah menguasai Istana, Taliban terlihat lebih berkeinginan berunding dengan Amerika Serikat, ketimbang Presiden Afghanistan Ashraf Ghani yang saat ini melarikan diri.

"Gestur pemerintah Taliban yang hanya mau berunding dengan AS, bukan dengan eks pemerintahan Ghani," katanya.

Bobby berharap, apapun yang terjadi selanjutnya, tidak akan mempengaruhi apalagi merugikan hubungan diplomatik Afghanistan dengan Indonesia. Menurutnya hubungan kedua negara harus tetap terjaga.

 

"Semoga bisa membentuk pemerintahan yang terbuka, dan bisa bekerja sama, saling menghormati dan menguntungkan bagi hubungan bilateral dengan Indonesia," jelasnya.

Selain itu, diharapkan pemerintahan baru Afghanistan dapat menyeimbangkan hubungan dengan kekuatan global.

"Secara global, kita juga berharap, Afghanistan mampu menyeimbangkan kepentingan antara AS dengan China bersama Rusia," pungkas Bobby.

 

Sebelumnya, pemimpin sekaligus pendiri kelompok Taliban, Mullah Baradar, telah kembali ke Afghanistan setelah kelompoknya mengambil alih kekuasaan. Mullah Baradar telah melakukan berbagai macam sepak terjang diplomatik sebelum Taliban menduduki pemerintahan Afghanistan lagi.

Tercatat, sebelum menduduki Afghanistan, Mullah Baradar dan beberapa perwakilan Taliban mengunjungi Rusia hingga China. Taliban juga telah membuat perjanjian dengan Amerika Serikat.