Sebentar Lagi Kecerdasan Buatan Dapat Mendiagnosis Penyakit Demensia, Ini Cara Kerjanya

JAKARTA - Para ilmuwan saat ini tengah menguji sebuah sistem kecerdasan buatan atau AI yang dianggap mampu mendiagnosis demensia, penyakit penurunan daya ingat. Bagaimana cara kerjanya?

Sistem ini kemungkinan dapat memprediksi apakah kondisi pengidap demensia bakal tetap stabil selama bertahun-tahun, perlahan memburuk atau memerlukan perawatan segera. Namun saat ini, masih diperlukan beberapa uji coba lebih lanjut. 

Para peneliti yang terlibat mengatakan dengan sistem mereka hasil diagnosis awal pasien akan lebih meningkat. "Jika kita melakukan intervensi lebih awal, perawatan dapat dimulai lebih awal dan memperlambat perkembangan penyakit dan pada saat yang sama menghindari lebih banyak kerusakan," kata Zoe Kourtzi, profesor dari Cambridge University, Inggris dikutip BBC

Cara kerja sistem program yang dikembangkan Kourtzi adalah dengan membandingkan hasil pemindaian otak dari mereka yang merasa khawatir mendererita demensia dengan ribuan pasien demensia dan catatan medis yang relevan. Dari dataset itulah, kemudian algoritma bekerja. 

Ilustrasi (Unsplash/Alexander Sinn)

Memori klinis

Dalam uji tes pra-klinis, sistem ini telah mampu mendiagnosis demensia bertahun-tahun sebelum gejala mulai berkembang. Bahkan ketika tidak ada tanda-tanda kerusakan yang jelas pada pemindaian otak, sistem ini kabarnya sudah bisa mendeteksi hal tersebut. 

Percobaan, di Rumah Sakit Addenbrooke dan klinik memori lainnya di seluruh negeri, akan menguji apakah itu bekerja dalam pengaturan klinis, di samping cara konvensional untuk mendiagnosis demensia. Dan pada tahun pertama percobaan, sekitar 500 pasien bakal ikut berpartisipasi. 

Hasil dari diagnosis itu nantinya akan ditindak lanjuti oleh dokter. Dan jika perlu, akan mendapat pengobatan langsung. 

Konsultan ahli saraf Dokter Tim Rittman, yang memimpin penelitian, menyebut sistem kecerdasan buatan ini adalah perkembangan mutakhir. "Penyakit ini benar-benar menghancurkan orang-orang."

"Jadi ketika saya menyampaikan informasi ini kepada pasien, bisa lebih percaya diri tentang diagnosisnya. Sehingga dapat memberi mereka lebih banyak informasi terkait kemungkinan perkembangan penyakitnya," kata Rittman. 

Ilustrasi (Unsplash/Steven hwg)

Sulit terdiagnosis

Demensia merupakan salah satu penyakit yang sulit didiagnosis. Sebab dalam beberapa kasus, untuk mendeteksi penyakit ini diperlukan asesmen berkali-kali. Dan hal ini membutuhkan biaya yang tak sedikit.

Salah seorang pengidap penyakit ini, Denis Clark (75) misalnya. Menurut keterangan istrinya, Penelope, mengatakan suaminya sulit menggambarkan gejala-gejalanya. 

Penelope mulai menyadari Denis mengalami kesulitan mengingat pada tahun lalu. Saat tanda-tanda demensia muncul, pasangan ini kemudian khawatir harus menjual rumah mereka untuk mendanai perawatan Denis. 

Dengan adanya pengembangan sistem AI ini, Penelope sedikit merasa lega. Sebab, mereka tak perlu menunggu lama untuk diagnosis dan bisa mendapat gambaran bagaimana demensia kemungkinan berkembang. 

"Kami kemudian bisa merencanakan keuangan. Kami akan tahu apakah sebagai pasangan kami bisa berlibur beberapa kali sebelum keadaan memburuk sehingga saya tidak bisa mengajak Denis berlibur," kata Penelope kepada BBC

*Baca informasi lain tentang TEKNOLOGI atau tulisan menarik lain dari Ramdan Febrian Arifin.

BERNAS Lainnya