Menurut Studi, Berpikiran Positif Berpotensi Lebih Kecil Mengalami Serangan Jantung

JAKARTA – Serangan jantung termasuk penyakit kardiovaskular. Risikonya akan semakin meningkat apabila memiliki kebiasaan buruk, seperti konsumsi makanan tidak sehat yang bisa memicu hipertensi.

Berdasarkan studi dilansir John Hopkins Medicine, Selasa, 27 Juli, Lisa R. Yanek, M.P.H. dan rekannya menemukan bahwa orang berpikiran positif berpotensi 13 persen lebih kecil mengalami serangan jantung maupun gangguan jantung koroner lainnya dibanding yang berpikiran negatif.

Yanek beserta timnya menggunakan alat ukur survei yang menentukan pandangan ‘positif’ dan ‘negatif’. Alat ukur survei menilai keceriaan, tingkat energi, tingkat kecemasan, dan kepuasan seseorang terhadap kesehatan dan kehidupan secara keseluruhan.

“Tetapi Anda tidak perlu survei untuk menilai kepositifan Anda sendiri. Saya pikir orang cenderung tahu bagaimana pikiran mereka sendiri,” ungkap Yanek.

Meskipun mekanisme keterkaitan antara kesehatan dan berpikiran positif masih belum terang. Tetapi para peneliti menduga bahwa orang yang lebih positif berkemungkinan lebih terlindungi dari kerusakan inflamasi akibat stres.

Dugaan lainnya, orang yang berpikir positif lebih punya harapan untuk membuat keputusan yang lebih baik dan fokus pada tujuan jangka panjang. Studi lainnya juga menemukan bahwa emosi negatif yang beranak-pinak dapat melemahkan sistem imun.

Studi tambahan lainnya juga menemukan bahwa sikap positif meningkatkan hasil dan kepuasan hidup di seluruh spektrum kondisi, termasuk cedera otak traumatis, stroke, dan tumor otak.

Yanek merekomendasikan beberapa cara untuk mengarahkan pikiran dan emosi ke lebih positif. Berikut daftar rekomendasi ahli:

Lebih banyak tersenyum

Yanek mengutip studi yang dilakukan University of Kansas. Studi tersebut menemukan bahwa tersenyum –bahkan senyum palsu- bisa mengurangi detak jantung dan tekanan darah selama kondisi stres.

Menerima dan mengalihkan rasa kesal pada aktivitas positif

Terjebak macet atau jadwal penerbangan ditunda, selama menunggu bisa melakukan aktivitas positif. Menerima kondisi apapun, termasuk kondisi paling buruk, juga bisa mengendurkan ketegangan atau bahkan kemarahan.

Membangun ketahanan

Yang membikin seseorang bisa bertahan ketika hal buruk menerpa adalah support system yang mumpuni misalnya menjalin komunikasi intens dengan teman, kerabat, dan keluarga dekat. Tetapi selain mempunyai support system, kemampuan beradaptasi juga berpengaruh besar.

Maka, terima perubahan sebagai bagian dari kehidupan serta mengambil tindakan dibanding berpangku tangan menunggu keajaiban.