Resensi Film Doctor Sleep - Kenangan Film Kubrick, Pendalaman Novel King
JAKARTA - Mike Flanagan betul-betul mewujudkan misinya dalam proyek Doctor Sleep: 'mengobati' perseteruan abadi antara Stephen King dan Stanley Kubrick. Doctor Sleep adalah pembangkit kenangan paling indah tentang film Kubrick sekaligus jawaban bagi para pecinta novel King. Segala pendalaman yang diabaikan Kubrick ditebus dalam Doctor Sleep.
Kisah Doctor Sleep berfokus pada Danny Torrance, bocah penyintas petaka Hotel Overlook. Terbebas dari teror musim dingin di Hotel Overlook, Danny kecil (Roger Dale Floyd) tinggal bersama sang ibu, Wendy (Alexandra Essoe). Kredit pertama langsung tercatat di fase ini.
Flanagan berhasil menjembatani kisah masa lalu Danny dan Wendy dalam The Shining karya Kubrick dengan dunia yang ia ciptakan dalam Doctor Sleep. Berbagai adegan-adegan The Shining direka ulang, disisipkan di antara gambar yang melaju maju membangun cerita Doctor Sleep. Termasuk Danny yang bersepeda di atas karpet berpola hexagonal mengelilingi Hotel Overlook dan menemukan si kembar.
Flanagan memilih untuk merekayasa ulang adegan-adegan ikonik The Shining ketimbang merestorasi rekaman-rekaman gambar milik Kubrick. Kredit lain patut disematkan oleh para aktor penerus. Selain Dale Floyd dan Essoe, Carl Lumbly juga sangat berhasil memerankan koki bijaksana, Dick Halloran.
Segala penokohan itu, bagaimana pun cukup identik dengan tiga tokoh ikonik milik Kubrick: Shelley Duval, Danny Lloyd, dan Scatman Crothers. Cara Wendy memanggil Danny, cara Wendy berlari, alunan nada bicara Dick, seluruhnya hampir identik.
Khusus karakter Dick, sulit memang menyaingi dialog-dialog indah yang dituturkan Crothers dalam film. Ingat, adegan ketika Wendy, Danny dan Dick berkeliling dapur? Masih bisakah kamu merasakan bahwa Dick tak hanya sekadar berbicara, namun menutur nada berlagu? Penampilan yang amat sulit ditandingi.
Bagaimana pun, tokoh-tokoh penerus yang ditampilkan Flanagan hampir seindah versi Kubrick. Dan penampilan para pemain mutlak jadi faktor yang memperkuat benang merah yang dibangun Flanagan
Sorotan lain tertuju pada departemen tata suara. Doctor Sleep memanfaatkan fitur spatial sound dengan sangat baik. Begitu intens dan menghanyutkan. Flanagan tahu betul, film yang ia hadirkan membutuhkan nuansa yang terbangun apik. Coba saja, bagaimana Flanagan dengan kecenya menempatkan suara-suara sebagai sinyal penanda kemunculan berbagai teror.
Dan berhasil. Doctor Sleep sukses membawa penonton hanyut dalam gaya horor nikmat tanpa jumpscare. Selain tata suara, musik latar yang dibawa Flanagan juga sukses membawa penonton pada dunia The Shining ciptaan Kubrick. Sebuah keseriusan yang patut dipuji dari seorang Flanagan dalam membangun jembatan antara Doctor Sleep dan The Shining.
Dunia baru Flanagan
Segala dunia baru yang dibangun Flanagan dimulai ketika Danny Torrance dewasa. Ewan McGregor mengambil peran ini. Danny tumbuh dewasa dengan pelarian habis-habisan dari takdirnya sebagai seseorang yang diberkati kemampuan supranatural, yang dalam bahasa Dick disebut "shining".
Danny menghabiskan hari demi hari dengan mabuk-mabukan untuk mengusir segala bisikan yang memenuhi kepalanya. Kebiasaan buruk bagi manusia normal yang ternyata untuk Danny turut menyelamatkan dirinya dari buruan sekte The True Knot. Kelompok itu diisi oleh orang-orang berkemampuan supranatural yang sama seperti Danny.
Dalam hidupnya, The True Knot memburu orang-orang yang memiliki kemampuan shining. Seluruh buruan The True Knot dibunuh. Uap supranatural mereka yang mati kemudian diisap oleh para anggota The True Knot untuk menambah kekuatan sekaligus memperpanjang usia mereka.
Perburuan The True Knot berlangsung hingga medio 2000-an. Di tahun-tahun itu, sejumlah orang menghilang --sebagian besar anak-anak. Di tengah situasi genting itu, Danny tiba-tiba terhubung dengan seorang anak berkekuatan luar biasa bernama Abra Stone (Kyliegh Curran).
Bocah itu memberi pesan kepada Danny melalui telepati soal bahaya yang mengancam mereka dan seluruh orang lain yang berkemampuan shining. Pergolakan terjadi di dalam diri Danny. Ia dihadapkan pada ketakutan masa lalu dan utang moral yang harus ia bayar dengan cara menyelamatkan orang-orang berbakat shining lainnya.
Perbincangan dengan arwah Dick mendorong Danny pada upaya melawan balik. Bersama Abra, Danny memutuskan memburu The True Knot. Keduanya menyusun sejumlah trik, termasuk saling menyabotase interaksi magis antara Abby dan Rose The Hat, salah satu pemimpin The True Knot yang diperankan Rebecca Ferguson.
Segala kisah ini dituturkan Flanagan dalam alur yang amat lambat. Seperti The Shining, horor dalam Doctor Sleep dikemas dalam balutan drama yang kental. Cerita dibangun perlahan. Segala konklusi digelontorkan di bagian 3/4 film dengan peningkatan pace yang juga terasa signifikan. Sangat Rapi. Namun, penuturan semacam ini berisiko menimbulkan kejenuhan bagi sebagian penonton.
Mendalami novel Stephen King
Dalam sebuah wawancara, Stephen King memuji habis-habisan kerja Flanagan dalam adaptasi novelnya. King bahkan menyebut Flanagan sukses menebus berbagai hal yang ia benci dalam film The Shining karya Kubrick yang juga diadaptasi dari novelnya.
Menurut King, dalam The Shining, Kubrick telah mengkhianati tulisannya dalam novel. King menyebut Kubrick telah melucuti berbagai tujuan utama yang ingin ia sampaikan lewat novel The Shining. Meski diakuinya sangat estetis, The Shining karya Kubrick telah meninggalkan berbagai unsur penting dalam pendalaman permasalahan dalam novel.
"Kubrick tahu apa yang ingin dia lakukan dengan cerita itu. Dia menyewa novelis Diane Johnson untuk menulis naskah skenario berdasarkan apa yang ingin dia tekankan, lalu dia (Kubrick) merapikannya sendiri. Saya benar-benar kecewa ... Film itu telah dilucuti dari tujuan utamanya, yaitu untuk menceritakan sebuah kisah," kata King.
Dalam wawancara bersama BBC pada tahun 2013, King sejatinya sempat menyampaikan ketidakpuasannya pada pendekatan dingin yang dilakukan Kubrick dalam The Shining. Menurut King, Kubrick membuat The Shining terlalu sulit. Padahal, The Shining bagi King adalah sebuah karya yang ditujukan untuk setiap orang.
"Saya bukan orang yang dingin. Saya berpikir tentang satu hal yang berhubungan dengan banyak orang dalam buku ini. Saya bahkan ingin Anda (pembaca) menjadi bagian dari ini (The Shining)," tutur King.
Setidaknya ada dua keputusan Kubrick yang sangat mengganggu King dalam eksekusi film The Shining. Pertama adalah bagaimana Kubrick memulai cerita dalam film. Menurut King, Kubrick lalai menyampaikan kepada penonton tentang latar belakang Jack Torrance, tokoh utama yang diperankan aktor watak, Jack Nicholson.
Hal tersebut sejatinya amat penting bagi King. Menggambarkan kegilaan Jack tanpa memberi latar belakang tentangnya adalah hal yang amat aneh bagi King. Menurut King, sisi tragis novel The Shining justru dapat dibangun lewat pendalaman terhadap karakter-karakter dalam cerita.
"Jack Torrance adalah orang yang gila sejak awal. Kubrick nampaknya tak mengetahui itu. Bayangkan, bagaimana mungkin sebuah tragedi terbangun hanya dengan Jack yang muncul dalam sebuah wawancara kerja dan tiba-tiba menjadi gila," kata King.
Keputusan lain yang amat mengecewakan bagi King adalah bagaimana Kubrick mengakhiri cerita dalam film. Dalam novel, Jack sempat melepaskan diri dari 'kesurupan' yang membuatnya gila untuk memperingatkan Danny dan Wendy agar melarikan diri dari Hotel Overlook. Setelah peringatan itu, Jack mati terkena ledakan boiler hotel yang rusak.
Namun, dalam film, Jack mati membeku setelah tak berhasil mengejar Danny yang meloloskan diri dari labirin pagar tanaman. Hal ini amat mengecewakan bagi King. Menurut King, Kubrick secara arogan menghilangkan unsur dramatis ketika sisi manusia Jack --yang dilanda kegilaan-- berupaya menyelamatkan anak dan istrinya.
Kini, segala kebencian King pada The Shining karya Kubrick mulai terobati. Flanagan berhasil menuturkan lebih luas dunia yang dibangun King dalam jagat Torrance. Menghadirkan dialog mendalam antara Danny dewasa dan Jack Torrance yang diperankan ulang oleh Henry Thomas, misalnya?