Jokowi: Berbagai Kemajuan Tergerus Pandemi COVID-19

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pandemi COVID-19 membuat berbagai kemajuan yang telah dicapai berbagai negara jadi tergerus. 

Hal ini disampaikannya dalam pidato pada Sidang Dewan Ekonomi dan Sosial Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa, 13 Juli kemarin.

"Pandemi COVID-19 yang melanda dunia semakin mempersulit pencapaian target SDGs tersebut bahkan berbagai kemajuan selama ini yang kita capai telah tergerus akibat pandemi," kata Jokowi dalam video yang diunggah di YouTube Sekretariat Presiden, Rabu, 14 Juli.

Adapun SDGs merupakan Sustainable Development Goals yang merupakan rencana global yang telah disepakati pemimpin dunia, termasuk Indonesia. Rencana ini dibuat untuk mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan.

Kembali ke Jokowi, dia mengungkap sekitar 255 juta orang di dunia telah kehilangan pekerjaan akibat pandemi. Di mana 110 juta orang di antaranya kembali ke jurang kemiskinan.

Selain itu, 83 juta hingga 132 juta orang di seluruh dunia terancam kelaparan dan mengalami malnutrisi.

Sehingga, dengan kondisi semacam ini, kerja sama dan solidaritas antar negara harus dipertebal. Sebab, dalam kondisi semacam ini, hal-hal yang biasa dilakukan tak bisa dilanjutkan.

"Kerja sama dan solidaritas harus dipertebal dan inovasi harus ditingkatkan. No country can progress untill all country progress," tegas eks Gubernur DKI Jakarta tersebut.

Lebih lanjut, Jokowi juga mengungkap sejumlah pemikiran Indonesia di tengah pandemi COVID-19. Ada empat pemikiran, di mana yang pertama adalah membuat dunia segera pulih dari pandemi dengan pemberian vaksinasi.

"Vaksin adalah harapan mempercepat dunia keluar dari krisis kesehatan ini," ungkapnya.

Hanya saja, akses terhadap vaksin COVID-19 harus diberikan secara adil dan merata karena saat ini kesenjangan akses masih terjadi. "Vaksin sebagai global public goods jangan hanya jadi slogan," ujarnya.

"Indonesia mendorong agar kita melakukan percepatan realisasi kesetaraan akses vaksin bagi semua negara termasuk melalui berbagi dosis lewat Covax Facilities," tambahnya.

Jokowi menyebut pemenuhan kebutuhan pendanaan vaksin, peningkatan produksi hingga menguatkan supply chain dosis vaksin juga harus dilakukan. "Termasuk menghilangkan hambatan ekspor dan hambatan bahan baku vaksin dan peningkatan diversifikasi dan volume produksi vaksin di negara berkembang," katanya.

Pemikiran kedua, Jokowi mengatakan perhatian dan bantuan pada kelompok rentan akibat melambatnya kegiatan perekonomian karena pandemi COVID-19 harus ditingkatkan. Hal ini sudah dilakukan Indonesia dengan mengalokasikan dana sebesar 28,5 miliar dolar Amerika Serikat untuk bantuan sosial yang diterima 9,85 juta unit usaha mikro sebagai bantuan keberlanjutan usaha.

Ketiga, dia mengatakan ekonomi dunia harus pulih secara bersama-sama. Menurut Jokowi, ini perlu karena pertumbuhan ekonomi barus bisa bermanfaat jika terjadi bersama-sama.

"Roda perekonomian dunia harus mulai bergerak bersama tanpa mengorbankan aspek kesehatan. Percepatan pemulihan ekonomi harus dilakukan dengan tetap mengutamakan kesehatan serta pembangunan berkelanjutan. Ke depan kita harus mendorong investasi dalam pemulihan yang berketahanan berkeadilan dan hijau," katanya.

Tapi, transisi ekonomi hijau di negara berkembang harus didukung negara maju. Sehingga pembangunan bisa terus berkelanjutan.

Terakhir, Jokowi mengingatkan kemitraan global harus diperkuat dan dipertebal. "No one left behind harus ditunjukkan dalam bentuk nyata," ungkapnya.

"Kita harus berkomitmen untuk menghindari 'me first policy'. Mari kita bangun kepercayaan dan solidaritas untuk mencapai tujuan bersama," pungkasnya.