5 Fakta Hubungan Seksual setelah Menopause, Penting untuk Diketahui
JAKARTA – Berhubungan suami istri setelah menopause masih bisa dilakukan. Tetapi setiap pasangan harus tahu fakta-fakta tentang menopause agar bercinta tidak menyebabkan luka dan rasa sakit.
Menopause ditandai dengan 12 bulan berturut-turut tanpa alami menstruasi. Di Amerika Serikat, biasanya tanda-tanda menopause dialami pada usia 40 akhir. Dilansir Self, Sabtu, 10 Juli, setiap wanita mengalami gejala menopause bervariasi.
Seorang terapis pernikahan berlisensi, Lexx Brown-James, Ph.D., menerangkan bahwa setelah menopause berhenti berhubungan seks adalah mitos. Wanita masih dapat menerima dan memberikan kesenangan yang bersifat intim seperti sebelum menopause.
1. Berhubungan seks setelah menopause bisa menyakitkan
Tanpa mengetahui fakta dan caranya, berhubungan seks setelah menopause bisa menyakitkan.
“Perubahan paling menonjol adalah estrogen dalam tubuh,” ungkap obgyn bersertifikat, Antonio Pizarro, M.D..
Ini menyebabkan jaringan vagina jadi lebih tipis dan halus. Terkait perubahan pada produksi estrogen saat menopause juga menyebabkan masalah seperti rasa nyeri, vagina kering, dan masalah pada kandung kemih akhibat atrofi vagina.
Baca juga:
2. Bisa memakai lubricant untuk meminimalisir masalah
Atrofi vagina sebenarnya bisa diatasi dengan suplementasi estrogen. Tetapi dokter Pizarro tidak merekomendasikan karena pernah mencatat meningkatkan risiko kanker rahim meski kecil kemungkinannya.
Nah, untuk meminimalisir masalah ‘kekeringan’ pada vagina bisa menggunakan lubricant. Pelumas tersebut bisa meringankan rasa tidak nyaman pada vagina. Bahkan Tami Rowen, M.D., seorang dokter obgyn dan kesehatan seksual di University of California San Fransisco, sangat merekomendasikan penggunaan pelumas untuk membantu membuat seks lebih menyenangkan.
Pelumas ada beberapa macam varian, antara lain berbasis silicon, minyak, air, dan hibrida. Untuk yang berkulit sensitif, pelumas berbahan air tanpa tambahan gliserin lebih aman dipakai. Disarankan juga memilih lubricant yang sesuai dengan pH alami pada vagina.
3. Menopause memengaruhi libido
Memang fakta ini tidak dialami seluruh wanita, tetapi Pizarro melaporkan bahwa beberapa orang dengan menopause mengalami penurunan libido. Penyebabnya tidak bisa dipastikan, tetapi hal rumit ini mungkin karena perubahan fisik.
Pizarro menyarankan, olahraga cukup membantu memastikan sirkulasi darah tetap baik yang merupakan bagian penting dalam hubungan seks.
4. Bisa berpotensi hamil pada awal menopause
Menurut The American College of Obstetricians and Gynecologists, beberapa orang mengalami menstruasi tak teratur ketika memasuki gejala menopause. Ini bukan berarti tidak mengalami ovulasi atau masa subur, tetapi sangat mungkin sel telur masih diproduksi meski tak teratur.
5. Masih berkemungkinan memiliki kehidupan seksual yang ‘hangat’
Pizarro mengatakan bahwa orang-orang setelah menopause memiliki kehidupan seks yang sangat aktif meski tak estrogen tak diproduksi secara alamiah. Brown-James sepakat, ini bisa didorong taka da kekhawatiran hamir dan mengalami peningkatan kesadaran seksual terhadap tubuh mereka.
“Banyak wanita yang tidak diajari untuk mengeksplorasi tubuh mereka dan memiliki gagasan internal bahwa mengeksplorasi kenikmatan pada vagina bukan kesenangan mereka,” jelas Brown-James.
Tambah Brown-James, pengetahuan dan kesadaran tentang tubuh dapat menyebabkan orgasme yang lebih intens.