Menggilanya COVID-19 dan PPKM Darurat Tak Pengaruhi Rencana Alfamart Milik Konglomerat Djoko Susanto Tambah Ratusan Gerai

JAKARTA - Kasus COVID-19 di Tanah Air terus mengalami penambahan dalam beberapa waktu terakhir ini. Pemerintah pun terpaksa mengeluarkan kebijakan pemberlakukan PPKM Darurat. Kondisi ini membuat cari perusahaan ritel kembali merana, namun hal ini tak berpengaruh terhadap rencana ekspansi dari PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) atau Alfamart.

Corporate Affair Director AMRT Solihin berujar emiten ritel pengelola jaringan Alfamart ini masih belum mengerem rencana penambahan gerai untuk tahun 2021. Menurut dia, rencana ini bukan sesuatu yang dadakan namun sudah dipersiapkan jauh-jauh hari.

"Enggak, kami belum ada perubahan. Sampai saat ini rencana ekspansi masih sekitar 650-850 gerai baru. Jadi kalau kita lihat dari pencapaian bulan Juni, masih on the track. PPKM ini kan mulai bulan Juli," ujarnya saat dihubungi VOI, Rabu, 7 Juli.

Karena itu, Solihin berharap PPKM Darurat ini tidak dilanjutkan, alias selesai pada tanggal 20 Juli sesuai yang direncanakan awal oleh pemerintah. Jika pembatasan kegiatan masyarakat ini berlanjut, tidak menutup kemungkinan akan ada perubahan terhadap rencana ekspansi ratusan gerai perusahaan milik konglomerat Djoko Susanto ini.

"PPKM baru bulan Juli. Sekarang kita semua relatif menunda kepergian-kepergian. Jadi kalau misalnya PPKM ini selesai di tanggal 20 Juli, mungkin artinya kami masih bisa banyak bergerak. Tapi kalau kondisi ini masih berlangsung dan PPKM itu diperpanjang ceritanya bisa berbeda," ucapnya.

Untuk mendukung target tersebut, AMRT akan mengucurkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp2,5 triliun hingga Rp3 triliun, yang akan didanai dari kas internal. Namun, Solihin tak merinci realisasi hingga semester pertama.

Lonjakan kasus buat kinerja penjualan merosot

Solihin juga tak menampik bahwa lonjakan kasus COVID-19 membuat kinerja penjualan Alfamart Grup akan merosot. Gerai-gerai Alfamart Grup hadir di kawasan pemukiman dan juga perkantoran, sehingga pembatasan mobilitas dan penutupan perkantoran berdampak terhadap penjualan Alfamart.

Apalagi, kata Solihin, jam operasional selama masa PPKM darurat pun menjadi semakin terbatas. Jika awalnya ritel masih diperbolehkan untuk buka hingga pukul 22.00 waktu setempat, namun di masa PPKM Darurat pukul 20.00 waktu setempat gerai harus sudah ditutup.

"Dari sisi jam operasional berkurang. Pasti ini akan mengurangi customers yang datang karena jam operasionalnya berkuarang," ucapnya.

Meski begitu, Solihin menjelaskan bahwa kondisi PPKM darurat ini sejatinya bukan hal yang baru. Menurut dia, masa PPKM Darurat hampir serupa dengan masa pemberlakuan PSBB pada awal pandemi di Maret 2020 lalu. Sehingga, hasilnya lebih bisa diantisipasi karena sudah banyak adaptasi yang dilakukan.

"Bedanya sama PSBB apa? Mirip-mirip. Masa ini sudah pernah kita lalui di awal-awal ya, tentunya kondisi ini tidak ada yang menginginkan semuanya," ujarnya.

Solihin menyampaikan, sejak pandemi tahun lalu Alfamart Grup terus menggenjot penjualan melalui platform berbasis online. Tapi, strategi ini pun belum bisa menutupi penurunan penjualan secara offline.

"Memang ada peningkatan tetapi kontribusi online belum terlalu besar. Artinya tidak serta merta menggantikan yang datang ketika kita berlakukan online. Tetapi kecenderungannya naik," jelasnya.

Sekadar informasi, per Desember 2020, total jumlah gerai reguler dan franchise AMRT mencapai 17.538 gerai. Bertambah 1.405 dari tahun sebelumnya. Sebaran gerai Alfamart grup berada di Jawa (non-Jabodetabek) sebesar 37 persen, Jabodetabek 32 persen, dan luar Jawa 31 persen.

Dalam periode kuartal pertama 2021, AMRT telah merealisasikan capex sekitar Rp700 miliar. Dengan dana tersebut, AMRT telah membuka sekitar 250 gerai baru.