Drama Sebelum Penetapan Airlangga Jadi Ketua Umum Golkar

JAKARTA - Airlangga Hartarto resmi terpilih sebagai ketua umum Partai Golkar secara aklamasi Rabu, 4 Desember malam. Namun, sebelum keputusan tersebut dibacakan, ada beberapa hal yang menarik. Mulai dari mundurnya Bambang Soesatyo-- lawan terkuat Airlangga-- hingga pandangan tertutup organisasi sayap Partai Golkar, Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) untuk Airlangga.

Mundurnya Bambang disampaikan sekitar pukul 16.20 WIB, Selasa, 3 Desember. Saat memberikan pernyataan tentang kemundurannya, Bambang didampingi Airlangga Hartarto, elite Partai Golkar yang jadi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi  Luhut Binsar Pandjaitan serta eks ketum Golkar yang juga menjabat Ketua Dewan Pembina Golkar Aburizal Bakrie (Ical).

Mundurnya Bambang dari bursa pencalonan ketua umum Partai Golkar menimbulkan tanda tanya. Sebab, ini disampaikan tiga jam menjelang pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) X. Meski Bambang menegaskan, alasan dia mundur untuk menjaga keutuhan dan solidaritas Partai Golkar.

Sebelum dia menyatakan mundur, loyalisnya melontarkan beberapa serangan ke kubu Airlangga. Serangan terakhirnya adalah kubu Bambang menuding ada keterlibatan Istana dalam kontetasi pencalonan ketua umum Partai Golkar. Tidak hanya itu, mereka juga menyebut adanya upaya tiga menteri Jokowi menekan DPD tingkat I maupun II sebagai pemilik suara untuk memilih calon tertentu. Namun, ini dibantah Jokowi saat dia berpidato pada pembukaan munas.

Bambang yang mundur membuat langkah Airlangga makin mulus. Sembilan calon yang mendaftar, termasuk Bambang dan Airlangga, tidak muncul ke permukaan saat Munas. Hanya ada satu nama yang mencuat jadi ketua umum, yaitu Airlangga. 

Cerita menarik lainnya, selain mundurnya Bambang, adalah ketika DPD dan ormas yang ada di Partai Golkar menyampaikan pandangan umum. Semuanya bulat memberikan dukungan pada Airlangga. Namun, Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (Soksi) tak menyampaikan pandangannya.

Di internal Soksi terjadi dualisme. Sebagai Plt Ketua Umum Depinas SOKSI, Bobby Suhardiman yang mengantikan Ade Komarudin, dengan jelas mendukung Bambang Soesatyo maju dalam kontestasi pemilihan ketua umum partai. Namun, Soksi yang lain, kubu Ali Wongso tidak sepaham dengan Bobby. Akhirnya, saat Soksi menyampaikan pandangannya, awak media diminta keluar area Munas. 

Sekretaris OC Partai Golkar Nurul Arifin mendatangi awak media setelah media disuruh keluar. Kata Nurul, ada yang ingin disampaikan Airlangga namun tidak ingin didengar oleh media.

Wakil Ketua Umum Soksi Ahmadi Noor Supit mengatakan, ada perdebatan tajam saat membenarkan adanya pedebatan saat Soksi menyampaikan pandangannya. Perdebatan yang terjadi adalah soal perwakilan Soksi yang sah untuk berbicara di munas ini. Kubu Ali Wongso yang diperbolehkan memberikan pandangan di Munas ini, meski kubu Bobby memiliki surat keterangan dari Kementerian Hukum dan HAM.

"Subtansinya tetap sama. Tetapi yang jadi masalah siapa yang maju sebagi perwakilan," tutur Supit. 

Setelah perdebatan selesai, sekitar 20 menit, wartawan diperbolehkan lagi masuk ke ruang munas. Saat wartawan masuk, agendanya sudah penentuan ketua umum. Ini dipercepat karena jika mengikuti jadwal, penentuan ketua umum dilakukan hari ini.

Rapat penentuan ketua umum ini dipimpin oleh Aziz Syamsuddin yang didampingi Sarmuji sebagai sekretarisnya.

Meski ketua umum sudah ditentukan, munas masih berjalan hari ini. Ketua DPP Golkar demisioner Ace Hasan Syadzily mengatakan, agenda munas hari ini adalah melaksanakan agenda rapat-rapat Komisi yang dibagi menjadi tiga. Selain itu, Munas X Partai Golkar ini akan ditutup nanti malam. Jadwal ini dimajukan satu hari. Jika menyesuaikan jadwal, penutupan seharusnya digelar besok. 

"Nanti malam jam 19.00 akan ditutup oleh Wapres, KH Ma’ruf Amin," kata Ace.